Suara.com - Harga minyak dunia stabil pada perdagangan akhir pekan lalu, tetapi turun sepanjang pekan lalu karena dolar AS yang lebih kuat dan kekhawatiran bahwa perlambatan ekonomi akan melemahkan permintaan minyak mentah.
Mengutip CNBC, Senin (22/8/2022) minyak mentah berjangka Brent menetap di USD96,72 per barel, naik 13 sen. Minyak mentah West Texas Intermediate AS berakhir 27 sen lebih tinggi pada USD90,77.
Kedua tolok ukur turun sekitar 1,5 persen pada pekan lalu.
Minyak sempat melonjak dalam perdagangan yang bergejolak karena komentar yang dibuat oleh Presiden Federal Reserve Richmond Thomas Barkin, dia mengatakan bahwa Fed akan menyeimbangkan jalur kenaikan suku bunganya dengan ketidakpastian atas dampak apa pun pada ekonomi.
Baca Juga: Pembelian BBM AS Kembali Bergairah, Harga Minyak Dunia Melesat 3 Persen
"Tetapi minyak mentah memangkas kenaikannya karena kekhawatiran investor tentang kenaikan suku bunga yang akan datang menetap kembali," kata Richmond.
Sementara itu, penguatan dolar AS mencapai tertinggi lima minggu, yang juga membatasi kenaikan minyak mentah karena membuat minyak lebih mahal bagi pembeli dalam mata uang lainnya.
“Meskipun minyak telah mampu mengabaikan dolar yang kuat pada setiap sesi tertentu, tren dolar yang kuat yang diperpanjang akan menimbulkan hambatan besar terhadap kenaikan harga minyak yang berkelanjutan,” kata Jim Ritterbusch dalam sebuah catatan.
Sebagai tanda berkurangnya pasokan minyak, kesenjangan harga antara kontrak berjangka Brent bulan kedua telah menyempit sekitar USD5 per barel sejak akhir Juli menjadi di bawah USD1. Selisih untuk WTI telah menyusut ke premi 39 sen dari premi hampir USD2 pada akhir Juli.
Baca Juga: Harga Minyak Dunia Melesat 1,5 Persen Seiring Menyusutnya Stok AS