Suara.com - Asosiasi Personal Vaporizer Indonesia (APVI) mengklaim penerimaan negara dari cukai hasil pengolahan tembakau lainnya atau HPTL pada tahun ini akan meningkat sekitar 50 persen. Penerimaan ini ditopang, khususnya pada cairan rokok elektrik atau liquid vape.
“Pasca pandemi, industri ini meningkat. Proyeksi peningkatan kontribusi cukai sebesar 50 persen dari tahun lalu," kata Ketua Umum APVI, Aryo Andrianto dalam keterangan persnya di Jakarta, Kamis (18/8/2022).
Industri rokok elektrik atau vape diharapkan mampu menyumbang pendapatan untuk negara sebesar Rp648,84 miliar pada tahun ini, terutama karena perkembangan rokok elektrik yang terus berkembang pesat dan mengalami lonjakan pada periode 2018 ke 2020.
Kenaikan cukai dan harga jual eceran (HJE) bagi rokok elektrik cair dan lainnya dilakukan karena konsumsi rokok elektrik terus meningkat layaknya rokok konvensional berupa tembakau bakar. Hal ini tercermin dari kenaikan penerimaan cukai dari hasil pengolahan tembakau dan lainnya (HPTL) yang naik 588 persen dari Rp98,87 miliar pada 2018 menjadi Rp680,36 miliar pada 2020.
Baca Juga: Asosiasi Vape Minta Pemerintah Lindungi Industri Produk Tembakau Alternatif
Menteri Keuangan Sri Mulyani pada Desember tahun lalu mengatakan, kontribusi cukai HPTL terbesar adalah jenis ekstrak dan esens tembakau (rokok elektrik) cair. Diketahui, nilai cukai rokok elektrik cair mencapai Rp 564,36 miliar pada 2020. Sementara per September 2021, penerimaan cukai dari EET cair sebesar Rp 285,97 miliar.
Melihat perkembangan ini, pemerintah ingin penerimaan cukai dari kelompok tembakau ini ikut meningkat pada tahun 2022. Estimasinya mencapai Rp 648,84 miliar atau naik 7,5 persen dari estimasi penerimaan pada tahun ini.
Dengan kontribusinya dalam perekonomian nasional tersebut, Aryo pun berharap agar pemerintah memberikan perlindungan dan bimbingan bagi industri produk tembakau alternatif.
Contohnya, perlindungan tersebut dapat berupa regulasi khusus yang sesuai dengan profil risikonya. Regulasi tersebut nanti juga diharapkan berdasarkan dari hasil penelitian komprehensif dan dapat dikaji bersama.
"Tentu kami berharap adanya perlindungan,” kata Aryo.
Baca Juga: Stranas PK Soroti Optimalisasi Penerimaan Cukai
Saat ini lebih lanjut Aryo mengatakan bahwa tantangan utama industri ini adalah soal adanya kampanye negatif kelompok penendalian tembakau, seperti Bloomberg Filantropi.
“Lembaga tersebut dan yang bekerja sama dengannya, bekerja untuk kepentingannya sendiri,” kata Aryo.
Untuk itu, Aryo mengatakan pentingnya memperbanyak penelitian di dalam negeri yang turut melibatkan seluruh pemangku kepentingan.
“Kami berfokus kepada penyediaan opsi produk tembakau alternatif karena masyarakat memiliki hak untuk mendapatkan pilihan,” katanya.