Suara.com - Harga emas dunia bergerak lebih rendah pada perdagangan hari Selasa, karena dolar bertahan di dekat level tertinggi tiga pekan.
Sementara investor menunggu arahan kenaikan suku bunga dari risalah pertemuan terakhir Federal Reserve.
Mengutip CNBC, Rabu (17/8/2022) harga emas di pasar spot turun 0,2 persen menjadi USD1.774,79 per ounce setelah jatuh lebih dari 1 persen pada sesi Senin.
Sementara itu harga emas berjangka Amerika Serikat ditutup melemah 0,5 persen menjadi USD1.789,7 per ounce.
Baca Juga: Jelang Pidato Kenegaraan Jokowi, Harga Emas Antam Turun Jadi Rp 980.000/Gram
Dolar bertahan di dekat level tertinggi tiga minggu pada awal sesi.
"Emas menghadapi kondisi kepayahan karena dolar terus terapresiasi menjelang risalah The Fed. Pasar emas akan sangat berombak hingga kita sampai ke pertemuan Fed pada September," kata Edward Moya, analis OANDA.
Risalah dari pertemuan Fed bulan lalu itu akan dipublikasikan Rabu siang waktu setempat.
"Risalah itu kemungkinan akan mengkonfirmasi keyakinan bahwa kenaikan suku bunga agresif masih dipertimbangkan, yang dapat mendukung dolar dan berpotensi memberikan tekanan pada emas," tutur Moya.
Baru-baru ini, beberapa pejabat Fed menyoroti perlunya terus menaikkan suku bunga untuk melawan lonjakan inflasi.
Baca Juga: Harga Emas Jatuh Lebih dari 1 Persen Dihantam Dolar AS
Emas dianggap sebagai lindung nilai inflasi tetapi suku bunga yang lebih tinggi membuat aset yang tidak memberikan imbal hasil itu kurang menarik.
Investor menarik dana dari ETF emas dan itu bisa membebani logam kuning juga, kata analis Bank of China International, Xiao Fu.
Namun, "karena risiko resesi meningkat, penurunan emas dapat dibatasi meski ada kenaikan suku bunga yang agresif," kata Standard Chartered.
Sementara itu harga perak di pasar spot turun 0,8 persen menjadi USD20,10 per ounce, platinum naik tipis 0,1 persen menjadi USD933,72, sementara paladium menguat 0,2 persen menjadi USD2.150,51.