Data Ekonomi China Mengecewakan, Harga Minyak Dunia Anjlok 3 Persen

Selasa, 16 Agustus 2022 | 08:18 WIB
Data Ekonomi China Mengecewakan, Harga Minyak Dunia Anjlok 3 Persen
Ilustrasi harga minyak dunia [Shutterstock]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Harga minyak dunia ditutup lebih rendah pada perdagangan hari Senin, setelah data ekonomi China yang mengecewakan memperbaharui kekhawatiran resesi global yang diprediksi mengurangi permintaan bahan bakar.

Mengutip CNBC, Selasa (16/8/2022) minyak mentah berjangka Brent, patokan internasional, anjlok USD3,05, atau 3,1 persen menjadi menetap di posisi USD95,10 per barel setelah turun 1,5 persen.

Sementara itu, patokan Amerika Serikat, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate, merosot USD2,68, atau 2,9 persen menjadi USD89,41 setelah jatuh 2,4 persen di sesi sebelumnya.

Brent berjangka mendekati level terendah sejak sebelum Rusia mengirim pasukan ke Ukraina pada 24 Februari, sementara WTI berjangka menyentuh level terendah sejak awal Februari.

Baca Juga: Harga Minyak Dunia Anjlok 2 Persen

Bank sentral di China, importir minyak mentah terbesar di dunia, memangkas suku bunga pinjaman untuk menggairahkan kembali permintaan karena data menunjukkan ekonomi melambat secara tak terduga pada Juli, dengan aktivitas pabrik dan ritel tertekan oleh kebijakan nol-Covid Beijing dan krisis properti.

Output pengilangan negara itu turun menjadi 12,53 juta barel per hari, terendah sejak Maret 2020, data pemerintah menunjukkan.

Bank ING memangkas perkiraannya untuk pertumbuhan PDB China tahun ini menjadi 4 persen susut dari proyeksi sebelumnya sebesar 4,4 persen dan mengatakan penurunan lebih lanjut dimungkinkan.

Sementara, open interest minyak mentah Brent bulan ini melorot 20 persen dari Agustus tahun lalu.

"Open interest masih turun, dengan beberapa (pelaku pasar) tidak tertarik untuk menyentuhnya karena volatilitas. Itulah, menurut saya, alasan yang mengakibatkan volume yang lebih tinggi ke sisi bawah," kata analis minyak UBS, Giovanni Staunovo.

Baca Juga: BBM Naik Lagi, Begini Penjelasan Pertamina

Dia menambahkan bahwa pemicu penurunan pada sesi Senin adalah data China yang lemah.

Indeks Dolar AS (Indeks DXY), di sisi lain, naik mendekati pertengahan kisarannya bulan ini.

Minyak umumnya dihargai dalam dolar AS, sehingga greenback yang lebih kuat membuat komoditas tersebut lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya.

Pembicaraan untuk menghidupkan kembali kesepakatan nuklir Iran 2015 juga menjadi fokus, Senin.

"Pasokan minyak bisa meningkat jika Iran dan Amerika Serikat menerima tawaran dari Uni Eropa, yang akan menghapus sanksi terhadap ekspor minyak Teheran," kata para analis.

Iran akan segera merespons rancangan teks "final" Uni Eropa untuk menyelamatkan kesepakatan nuklir 2015, kata menteri luar negerinya, menyerukan Amerika Serikat untuk menunjukkan fleksibilitas guna menyelesaikan tiga masalah yang tersisa.

Kerusakan komponen pipa minyak yang mengganggu produksi di beberapa anjungan lepas pantai Teluk Meksiko AS diperbaiki Jumat malam, mendorong produsen minyak untuk mengaktifkan kembali beberapa produksi yang dihentikan, kata seorang pejabat Louisiana, pekan lalu.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI