Literasi Digital RI Masih Rendah, Ketika Pandemi Banyak Masyarakat yang Kelabakan

Minggu, 14 Agustus 2022 | 16:40 WIB
Literasi Digital RI Masih Rendah, Ketika Pandemi Banyak Masyarakat yang Kelabakan
Literasi Digital RI Masih Rendah, Ketika Pandemi Banyak Masyarakat yang Kelabakan. (kolase foto Nanda Mande Meu & instagram @pipaul.payumo)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Pengguna internet yang cukup tinggi di tanah air ternyata tak dibarengi dengan skor literasi digital. Menurut Survei Literasi Digital di Indonesia pada tahun 2021, indeks atau skor literasi digital di Indonesia berada pada angka 3,49 dari skala 1-5. Skor tersebut menunjukkan bahwa tingkat literasi digital di Indonesia masih berada dalam kategori "sedang".

Relawan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) Inu Wahnudin mengatakan interaksi dapat menciptakan standar baru tentang etika. Maka sudah sepatutnya segala aktivitas di ruang digital dilakukan dengan penuh etika.

Adapun kompetensinya antara lain membentengi diri dari tindakan negatif di platform digital hingga membangun relasi sosial dengan menerapkan netiket. Ruang lingkup etika digital meliputi kesadaran, integritas, tanggung jawab, dan
kebajikan.

“Literasi digital penting dimiliki pada masa pandemi. Di dunia pendidikan, sebelumnya pembelajaran dilakukan dengan tatap muka. Namun sekarang dengan daring," kata Inu dalam webinar yang diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika ditulis, Minggu (14/8/2022).

Baca Juga: Bumbu Dapur, Politik dan Pemerintah Dominasi Belanja Iklan di Awal 2022

Menurut dia kondisi ini menjadi masalah sendiri bagi guru dan siswanya ketika metode pembelajaran daring diberlakukan.

"Baik guru maupun siswa dituntut untuk memiliki literasi digital, sebut saja kecakapan menggunakan aplikasi yang mendukung pembelajaran (LMS), aplikasi digital marketing, dan aplikasi membuat konten kreatif,” terang Inu.

Sementara itu, Social Media Officer GoodNews From Indonesia Ni Putu Ruslina Darmayanthi mengatakan, rendahnya literasi digital dapat terlihat dari etika digital pengguna media sosial di Indonesia. Dia mengatakan bahwa netizen Indonesia adalah netizen paling tidak sopan se-Asia Pasifik.

"Riset ini didukung oleh beberapa survei lain yang menunjukkan banyaknya kasus ujaran kebencian, tindakan diskriminasi, serta hoax dan penipuan di internet," katanya.

Agar menjadi warganet yang beretika dan berbudaya, perlu diketahui dan dihindari jenis konten negatif. Antara lain, konten melanggar kesusilaan, perjudian, pencemaran nama baik, pemerasan/pengancaman, penyebaran berita bohong, dan ujaran kebencian/bermuatan SARA.

Baca Juga: Menparekraf: PP Nomor 24 Tahun 2022 Jadi Game Changer Bagi Pelaku Ekraf Digital di Bali

“Karena banyak konten yang menimbulkan kasus dan berdampak buruk ke banyak orang, maka diperlukan etika dalam bermedia sosial," ucapnya.

Untuk itu dirinya mengajak para warganet untuk bersikap budiman dengan netiket, caranya dengan analisis konten, verifikasi konten, hindari mendistribusikan konten negatif, dan produksi hanya konten yang bermanfaat.

"Cara kita berinteraksi di internet sama saja dengan cara kita berinteraksi di dunia nyata. Yang tidak boleh dikatakan saat bertatap muka secara offline, juga tidak boleh kita katakan secara online,” kata Ruslina.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI