Harga Gandum Diprediksi Tak Akan Naik, Komut ID FOOD: Sudah Berada di Angka Tertinggi

M Nurhadi Suara.Com
Minggu, 14 Agustus 2022 | 07:34 WIB
Harga Gandum Diprediksi Tak Akan Naik, Komut ID FOOD: Sudah Berada di Angka Tertinggi
Dokumentasi - Pekerja membongkar muat tepung terigu di Pelabuhan Sunda Kelapa, Jakarta, Jumat (11/8/2017). Antara/Makna Zaezar
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Komisaris Utama PT Rajawali Nusantara Indonesia (Persero) atau Holding Pangan ID FOOD Bayu Krisnamurthi memperkirakan, harga gandum tidak akan naik lantaran saat ini sudah menyentuh angka tertingginya.

Harga gandum kalau menurut saya jika dilihat dari data sudah mencapai puncaknya jadi dugaan saya harga gandum akan mungkin belum turun tapi dia sudah tidak naik lagi,” katanya dalam BUMN ID FOOD Jalan Sehat.

Merujuk pada data Trading Economics Selasa (9/8/2022) lalu, rata-rata harga gandum dunia telah mencapai 780,4 dolar AS per gantang atau naik 9,74 persen dari tahun lalu.

Menurut dia, harga gandum tidak kembali naik mengingat saat ini Eropa dan Amerika baik Utara maupun Selatan sudah mulai panen gandum.

Baca Juga: Ekonomi Dunia Diprediksi Melemah, OPEC: Permintaan Minyak Akan Menurun

“Harga gandum tidak naik bahkan ada kecenderungan turun. Saya tidak mau bilang turun tapi kecenderungan turun,” ujar dia.

Tidak hanya itu, harga gandum dunia yang melonjak karena situasi geopolitik yang tidak menentu ini juga akan perlahan turun mengingat Rusia sudah mulai membuka jalur gandum dari Ukraina.

“Rasanya sih sudah pick harga gandum ini. Rusia sudah membuka jalur gandum Ukrainanya sehingga mulai bisa (didistribusikan) ke pasar,” jelas Bayu.

Sementara, masih terdapat masalah yang perlu diperhatikan yaitu produksi produk olahan gandum pada September 2022 hingga Januari 2023 masih akan menggunakan gandum yang dibeli dengan harga tinggi pada Maret sampai Mei lalu.

Faktor ini akan mempengaruhi biaya produksi yang tentu berdampak pada harga produk namun tidak akan terlalu tinggi.

Baca Juga: Cuitannya Singgung Indonesia, Dubes Ukraina Dipanggil Kemlu: Sangat Tidak Patut!

Ia menambahkan, sejauh ini ketergantungan Indonesia terhadap impor gandum pangan dan pakan cukup tinggi seiring konsumsi makanan olahan berbahan gandum yang semakin masif.

Diperkirakan sekitar 20 sampai 25 persen dari total konsumsi karbohidrat masyarakat Indonesia berasal dari gandum seperti mie, roti dan sebagainya.

Namun demikian, Bayu mengatakan kenaikan harga gandum seharusnya tidak terlalu berpengaruh terhadap dalam negeri jika Indonesia mampu melakukan diversifikasi agar tidak tergantung pada impor.

“Caranya adalah tepungisasi karena bahan bakunya kita punya. Umbi-umbian banyak sehingga kita tepung-kan dulu dan kita bikin olahannya,” pungkas Bayu.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI