Pandawa Agri Indonesia Bangun Ekosistem Pertanian Berkelanjutan

Iwan Supriyatna Suara.Com
Rabu, 10 Agustus 2022 | 11:37 WIB
Pandawa Agri Indonesia Bangun Ekosistem Pertanian Berkelanjutan
PAI mengembangkan ekosistem pertanian end-to-end yang berkelanjutan di Mbay, Kabupaten Nagekeo, Nusa Tenggara Timur.
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Pandawa Agri Indonesia (PAI), perusahaan agrikultur yang menciptakan inovasi reduktan pestisida, mengembangkan ekosistem pertanian end-to-end yang berkelanjutan di Mbay, Kabupaten Nagekeo, Nusa Tenggara Timur.

Inisiatif Pengembangan Ekosistem Beras Natural Mbay ini merupakan satu diantara beberapa inisiasi lainnya yang dikembangkan oleh PAI bagi petani swadaya (smallholders) di Indonesia.

Dalam Laporan Dampak (Impact Report) yang dirilis pada Rabu (10/08/2022), tercatat sejumlah dampak positif yang dihasilkan dari inisiatif tersebut, termasuk diantaranya peningkatan produktivitas hasil panen hingga 40%, peningkatan pendapatan petani, dan kesuburan tanah yang berangsur meningkat.

"Kami selalu berusaha untuk menghasilkan produk dan layanan yang dapat membantu kami mewujudkan visi perusahaan untuk menciptakan pertanian yang berkelanjutan. Kami melihat pengembangan ekosistem smallholders ini merupakan cara yang efektif dan efisien dalam mentransformasi sistem produksi pangan menjadi lebih ramah lingkungan dan berkelanjutan,” kata Kukuh Roxa selaku Chief Executive Officer (CEO) dan Co-founder PAI.

Baca Juga: Honorer Dinas Pertanian Sumsel Ditangkap Lagi Asyik Nyabu, Diamankan 6 Plastik Klip

Perusahaan yang berasal dari Kabupaten Banyuwangi ini didirikan pada tahun 2014 dan memulai inovasinya dengan menciptakan produk reduktan pestisida. Produk ini dapat digunakan oleh petani untuk mengurangi dosis pestisida demi menghalau serangan hama pada tanaman.

Di tahun 2021 lalu, PAI mulai mengembangkan ekosistem bagi petani swadaya dengan turut menghadirkan teknologi PPAI (Pendampingan Pandawa Agri Indonesia) untuk mendukung inisiatif tersebut.

Teknologi PPAI secara khusus dirancang untuk memenuhi kebutuhan masyarakat pertanian di wilayah geografis dan untuk komoditas tertentu. Pada Pengembangan Ekosistem Beras Natural Mbay di Nusa Tenggara Timur, teknologi PPAI yang diterapkan meliputi Tujuh Intervensi berupa benih bersertifikat, pupuk mikro lengkap, mikoriza, pupuk silika, mikroba pengurai jerami untuk meningkatkan unsur organik dalam tanah, serta reduktan herbisida dan insektisida.

Dampak positif yang diberikan oleh PAI pun mendapat apresiasi dari pemerintah setempat, termasuk Bupati Nagekeo.

“Mbay memiliki potensi yang besar untuk dapat menjadi lumbung padi di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Kami memiliki 5.000 hektar sawah, dan beras asal Mbay sudah terkenal unggul sejak dulu. Namun, beberapa tahun terakhir ini produktivitasnya cenderung stagnan dan kian menurun. Pendampingan yang dilakukan PAI ini terbukti mampu meningkatkan kualitas dan kuantitas hasil panen, sehingga pendapatan petani meningkat dan pasokan pangan di daerah tetap terjaga,” ungkap Bupati Nagekeo, dr. Johanes Don Bosco Do.

Baca Juga: Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo: Besok Harga Mie Naik Tiga Kali Lipat

Pengembangan ekosistem petani swadaya ini dinilai sebagai praktik terpadu yang dapat menguatkan perekonomian daerah.

“Pengembangan Ekosistem Beras Natural Mbay ini merupakan praktik yang sangat baik dan patut dibawa ke tingkat nasional untuk dijadikan contoh program pengendalian inflasi daerah. Kedepannya diharapkan semakin banyak wilayah di Indonesia yang dapat mengembangkan closed-loop ecosystem seperti ini dengan komoditas yang juga beragam,” kata Kepala Bank Indonesia Kantor Perwakilan Provinsi NTT, I Nyoman Ariawan Atmaja.

Sebagai perusahaan yang memiliki visi untuk menciptakan pertanian berkelanjutan, PAI secara konsisten menghadirkan berbagai inovasi demi menciptakan industri pertanian yang tidak hanya menguntungkan, namun juga ramah lingkungan.

Hingga saat ini, reduktan pestisida, yang merupakan produk unggulan PAI, telah turut serta dalam mengurangi hingga 2 juta liter penggunaan pestisida di Indonesia.

“Kami berharap inisiasi ini dapat mengurangi residu input sintetis secara bertahap, sehingga dapat turut memperbaiki kualitas lingkungan pertanian di Nagekeo. Selain itu, Kami berharap teknologi PPAI dapat mendukung para petani di Mbay untuk mencapai potensi maksimalnya serta meningkatkan produktivitas pertanian dan pendapatan petani,” tutup Kukuh.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI