Ekonomi Indonesia Terancam Terguncang Jika China dan Taiwan Perang, Ini Alasannya

M Nurhadi Suara.Com
Kamis, 04 Agustus 2022 | 14:48 WIB
Ekonomi Indonesia Terancam Terguncang Jika China dan Taiwan Perang, Ini Alasannya
Ilustrasi Bendera China dan Taiwan. (ANTARA/Reuters/Dado Ruvic/as)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Hubungan dengan Taiwan kembali memanas dalam beberapa hari ke belakang setelah China mengumumkan bakal meningkatkan aktivitas militer di dekat negara tetangganya tersebut. Efek perang China dan Taiwan jika terjadi akan berpengaruh ke seluruh dunia. Terutama dalam ekspor chip yang menjadi komoditas utama Taiwan.

Pasalnya, chip digunakan untuk berbagai kebutuhan masa kini, mulai dari kebutuhan kendaraan mobil, elektronik hingga ponsel pintar.

The Guardian menyebutkan rencana latihan militer yang mencakup udara dan laut tersebut diumumkan setelah politikus Amerika Serikat yang juga bagian dari parlemen, Nancy Pelosi melawat ke Taiwan.

Pelosi bertandang untuk menunjukkan dukungannya kepada Taiwan atas serangkaian ancaman yang dikirimkan dari Beijing, ibu kota China. Pelosi dianggap memprovokasi karena Taiwan karena negara tersebut dianggap menentang China saat pemisahan provinsi dalam perang saudara 1949. Di samping latihan militer, China juga akan melakukan uji coba peluncuran rudal di laut timur Taiwan. 

Baca Juga: Indonesia Dorong Peningkatan Kerja Sama Ekonomi Hijau ASEAN-Korsel

Sementara itu, Taiwan tidak pernah menjadi bagian dari Republik Rakyat Tiongkok dan mengatakan sudah menjadi negara berdaulat tanpa perlu mendeklarasikan kemerdekaan.

Negara ini ingin menjaga keamanan dan tidak menginginkan konflik. Namun, jika ketegangan terus terjadi, mereka tetap akan membela diri. Kementerian pertahanan Taiwan menyebut latihan yang direncanakan China adalah blokade udara dan maritim terhadap Taiwan.

"Ini adalah masalah besar mengingat blokade adalah tindakan hukum perang," kata pakar kebijakan pertahanan Indo-Pasifik Blake Herzinger seperti ditulis The Guardian. 

Pekan ini, Taiwan juga telah dilanda serangkaian serangan siber meskipun belum jelas siapa yang bertanggung jawab. China, mitra dagang terbesar Taiwan, juga menangguhkan sejumlah impor dari pulau itu.

Para ahli sepakat bahwa baik AS maupun China tidak memiliki niat untuk meningkatkan ketegangan menjadi perang. Herzinger mengatakan AS sangat berhati-hati untuk tidak menyatakan dukungan untuk kemerdekaan Taiwan mengingat itu adalah isu sensitif bagi China.

Baca Juga: Buntut Kunjungan Nancy Pelosi, 27 Jet Tempur China Dilaporkan Putar-putar di Langit Taiwan

"Dalam keterlibatan AS, negara ini akan berhati-hati dalam mendukung Taiwan, tetapi tanpa memberanikan diri melakukan sesuatu yang akan menyebabkan konflik yang lebih besar," ungkapnya.

Sementara itu, Beijing jelas berusaha menyatakan keberatan tegasnya terhadap kunjungan Pelosi. Padahal ada beberapa krisis di Selat Taiwan, terakhir pada tahun 1995.

Insiden itu dikenal sebagai Krisis Selat Ketiga Taiwan ketika mereka akan mengadakan pemilihan presiden demokratis pertamanya. China melenturkan otot militernya dengan latihan militer selama berbulan-bulan, termasuk menembakkan rudal 35 mil dari pelabuhan Taiwan.

Kontributor : Nadia Lutfiana Mawarni

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI