Suara.com - Pertamina kembali menaikkan harga Pertamax Turbo mulai Rabu (3/8/2022). Alasan harga Pertamax Turbo naik ini adalah lantaran penyesuaian dengan harga minyak mentah Indonesia atau Indonesia Crude Price (ICP). Harga ICP per Juli 2022 saat ini mencapai USD 106 per barrel atau masih lebih tinggi ketimbang awal tahun lalu.
Di samping Pertamax Turbo kenaikan juga terjadi pada Dextaline dan Pertamina Dex. Tiga jenis BBM tersebut merupakan BBM non-subsidi yang harganya sangat fluktuatif mengikuti harga terkini dari minyak dan gas global.
Dengan adanya kenaikan ini, maka Pertamax Turbo (RON 98) dijual seharga Rp17.900 per liter, Pertamina Dex (CN 53) menjadi Rp 18.900 per liter, dan Dexlite (CN 51) dihargai 17.800 per liter.
Dua BBM lain yakni Pertamax (RON 92) dan Pertalite masih dalam harga yang sama masing-masing Rp12.500 per liter dan Rp7.650 per liter.
Baca Juga: Ini Harga Pertamax Turbo dan Dex Series Terbaru, Tetap Paling Kompetitif di Kelasnya
Di tengah terus naiknya harga BBM non-subsidi, pemerintah berupaya membuat sistem agar BBM subsidi dapat disalurkan dengan tepat sasaran. Pemerintah lewat Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas) mencatat setidaknya ada 7 juta unit mobil yang tak boleh pakai pertalite.
Jutaan mobil itu dilarang sepenuhnya menggunakan bahan bakar minyak atau BBM bersubsidi, bukan hanya pertalite. Jenis mobil yang tak boleh memakai pertalite merupakan mobil dengan spesifikasi mesin 1.500 – 2.000 cc.
Mobil-mobil tersebut dianggap sebagai mobil dengan kapasitas mesin besar dan harga yang mahal. Pemilik yang mampu membeli membeli mobil mahal seharusnya juga menyiapkan anggaran untuk membeli BBM non-subsidi.
Dengan alasan tersebut pemakaian aplikasi MyPertamina berfungsi untuk penyaluran BBM bersubsidi dengan lebih tertutup sehingga bisa lebih tepat sasaran.
Penyaluran yang tepat sasaran ini juga berkaitan ketersediaan pertalite. Tahun ini pemerintah berusaha mendistribusikan 23,5 juta kilo liter Pertalite ke seluruh Indonesia.
Baca Juga: Kecelakaan Truk Tangki BBM Pertamina Kembali Terjadi, Satu Orang Tewas
Padahal dari perkiraan BPH Migas jika konsumsi pertalite naik 10% maka jumlah pertalite yang dibutuhkan adalah 25 juta kilo liter. Jika naiknya 20% maka kebutuhannya mencapai 28 juta kilo liter. Jumlah ini jauh di atas ketersediaan pertalite yang dialokasikan. Untuk itu distribusi pembeliannya harus benar-benar dikontrol.
Kontributor : Nadia Lutfiana Mawarni