Suara.com - Temuan sejumlah karung bantuan sosial (bansos) sembako beras, tepung dan lainnya hingga diklaim mencapai satu ton di Depok akhirnya membuat Head of Media Relation Departement JNE, Kurnia Nugraha buka suara.
Kurnia Nugraha mengklaim, JNE yang bertugas sebagai distributor bansos tersebut tidak melakukan pelanggaran karena beras tersebut sudah rusak.
"Terkait dengan pemberitaan temuan beras bansos tidak ada pelanggaran yang dilakukan karena sudah melalui proses standar operasional penanganan barang yang rusak sesuai dengan perjanjian kerja sama yang telah disepakati dari kedua belah pihak," ujar Kurnia, melalui keterangan resminya.
Ia juga menegaskan bahwa JNE berkomitmen mendukung program pemerintah sebagai distributor bansos dan menaati SOP serta ketentuan hukum.
Baca Juga: Temuan Bansos Jokowi di Depok, Ketua RT: Kami Tak Tahu, Bukan Kami Tidak Memperhatikan Lingkungan
"JNE terus berkomitmen untuk mengikuti segala prosedur dan ketentuan hukum yang berlaku apabila diperlukan," tulis kurnia.
Hal ini lantas memancing kegeraman warganet, mereka menuduh alasan JNE tidak masuk akal karena sembako tidak hanya beras.
"inimah bukan klarifikasi, tapi pembelaan. maksutnya tuh gampang banget asal bilang rusak. sebanyak itu? sampai ber-ton ton? gak masuk akal sama sekali! seperti kasus pembunuhan yang tinggal bilang kalau cctv rusak. tapi ternyata dibalik itu ada banyak hal," tulis salahs eorang warganet di Twitter.
"Gak masuk akal, kalau memang rusak apa harus dikubur? Apa semua sembako puluhan karung rusak?" tulis netizen lainnya.
Untuk diketahui, sebelumnya sebuah unggahan video viral lantaran mengatakan bahwa perusahaan ekspedisi JNE diduga sengaja mengubur puluhan karung beras bansosdari Presiden Jokowi yang seharsnya disalurkan untuk membantu masyarakat selama wabah COVID-19, tahun 2020 silam.
Baca Juga: Menko PMK Buka Suara Soal Penimbunan Bansos Presiden di Depok