Suara.com - PT Martina Berto Tbk (MBTO) menyampaikan secara umum prospek kinerja perseroan pada tahun ini yang dapat membaik seiring dengan perbaikan dari sisi penjualan bersih dan laba sebelum pajak.
Hal tersebut dikatakan Direktur Utama PT Martina Berto Tbk, Bryan David Emil, dalam acara public expose secara virtual pada Jumat (29/7/2022).
Bryan mengatakan, manajemen pemilik merek dagang Martha Tilaar tersebut akan terus berupaya meningkatkan kualitas dan image brand antara lain Sariayu Martha Tilaar, Biokos, dan Rudy Hadisuwarno Cosmetics, rejuvinasi pada desain kemasan, inovasi, dan reformulasi produk, investasi pada media digital dan meningkatkan penjualan online, perbaikan di bagian manufaktur, rantai pasok, purchasing, hingga konsolidasi akuntansi keuangan.
"Dengan strategi-strategi tersebut, MBTO merencanakan untuk mencapai target net sales 2022 sebesar Rp416 milliar yaitu bertumbuh sebesar 97,15% dibanding net sales tahun 2021," kata Bryan.
Baca Juga: Rilis Label Kosmetik Raine Beauty, Raisa Kampanyekan Pentingnya Self Love
Selain itu, kata Bryan, MBTO juga mempertajam strategi untuk pemasaran dan multidistributor yakni dengan Tiga Raksa, dan Penta Valent, serta yang terbaru dengan Dos Ni Roha (DNR).
MBTO juga berusaha memperkuat penjualan melalui PT Tara Parama Semesta (TPS) yang mengelola gerai Martha Tilaar Shop (MTS) dan penjualan online, serta unit usaha PT Cedefindo (anak perusahaan MBTO) yang bergerak di bidang contract manufacturing.
MTS merupakan gerai yang menargetkan pasar kelas menengah atas dengan varian produk Perseroan yang lebih banyak dibanding gerai-gerai independen sekaligus berfungsi sebagai customer experience centre bagi para konsumen. Hingga saat ini Perseroan memiliki 9 gerai MTS dan 4 shop in shop.
Sementara PT Cedefindo merupakan perusahaan toll manufacturing dengan mekanisme resource sharing yang memproduksi kurang lebih 80% peredaran indie brand di market Indonesia.
Tak hanya indie brand, beberapa perusahaan nasional dan multinasional. juga mempercayakan produksi produk-produk mereka kepada PT Cedefindo.
Selain itu perseroan juga akan melakukan efisiensi di COGS dari 68,33% di 2021 menjadi 63,23% di 2022, lalu biaya pemasaran dan penjualan dari 38,21% di 2021 menjadi 22,78% di 2022, sehingga Earning Before Interest Depreciation (EBITDA) dari minus Rp 66 milliar di 2021 menjadi positif Rp 28 miliar di 2022, operating profit Rp 7 miliar di tahun 2022 dari minus Rp 99 miliar di tahun 2021.
Sementara profit after tax dari minus Rp148 milliar di 2021 menjadi minus Rp15,353 milliar di 2022 sehingga hampir semua rasio keuangan di 2022 jauh membaik dibandingkan 2021.