Suara.com - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengaku tak heran dengan pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat (AS) yang kembali masuk dalam jurang resesi.
Menurut dia, laju inflasi yang tinggi di negara tersebut telah membuat pelemahan yang luar biasa bagi ekonomi AS. Inflasi ini disebabkan rantai pasok global yang terganggu akibat pandemi hingga perang antara Rusia dan Ukraina.
"Maka dalam inflasi yang muncul karena pemulihan ekonomi tidak diikuti supply, ditambah disrupsi perang, dunia tidak baik-baik saja. Inflasi di berbagai negara melonjak tinggi," kata Sri Mulyani seremoni Dies Natalis VII Politeknik Keuangan Negara (PKN) STAN secara virtual, Jumat (29/7/2022).
Kondisi ini pun kata dia juga bisa merembet terhadap ekonomi global, termasuk Indonesia.
Baca Juga: Ekonomi AS Masuk Jurang Resesi, Menkeu Sri Mulyani Ungkap Dampaknya Bagi Indonesia
“Kalau seandainya kenaikan suku bunga dan likuiditas (tidak) cukup kencang, maka pelemahan ekonomi global pasti terjadi,” paparnya.
Sri Mulyani menjelaskan berbagai negara akan mengeluarkan langkah-langkah seperti mengetatkan likuiditas dan menaikkan suku bunga sebagai respons kebijakan terhadap inflasi tinggi di AS.
Langkah mengetatkan likuiditas dan menaikkan suku bunga tersebut pun akan menyebabkan arus modal keluar sehingga pelemahan ekonomi global pasti terjadi.
“Jadi kalau mereka melemah maka permintaan terhadap ekspor turun dan harga komoditas juga turun,” tegas Menkeu Sri Mulyani.
Pertumbuhan ekonomi AS terkontraksi 0,9 persen pada kuartal II 2022. Penurunan Produk Domestik Bruto (PDB) itu makin meningkatkan risiko resesi ekonomi yang akan dialami AS.
Baca Juga: Amerika Serikat Resmi Resesi
Angka ini mengikuti penurunan penurunan 1,6 persen di kuartal pertama dan lebih rendah dari perkiraan Dow Jones untuk kenaikan 0,3 persen.
Saat ekonomi suatu negara mengalami kontraksi kuartalan dalam dua kuartal beruntun, itu disebut dengan resesi teknikal. Dengan demikian, Negeri Adikuasa kini sudah resmi masuk ke 'jurang' resesi.