Suara.com - Emiten pelayaran PT GTS Internasional Tbk (GTSI) meraup laba tahun berjalan sebesar Rp62,05 miliar di Semester I tahun 2022. Kinerja tersebut sangat positif bila dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang masih alami kerugian.
Direktur PT GTS Internasional Dandun Widodo mengatakan, laba ini ditopang dari pendapatan yang sebesar Rp313,91 miliar pada semester I tahun 2022. Pendapatan periode ini melonjak 117,9%(yoy) dari perolehan tahun sebelumnya sebesar Rp144,97 miliar.
"Peningkatan posisi pendapatan berdampak pada kinerja laba yang kini berbalik untung," ujarnya dalam keterangan di Jakarta, Kamis (28/7/2022).
Dengan raihan tersebut, perseroan memproyeksikan kinerja keuangan yang tumbuh positif dengan memperoleh total pendapatan mencapai Rp626,44 miliar.
Baca Juga: GTSI Beri Santunan ke Anak Yatim di Wilayah Operasional
"Target tersebut melonjak 37% dibandingkan dengan pendapatan tahunan GTSI pada 2021," katanya.
Dandun optimistis target-target tersebut dapat tercapai sejalan dengan peningkatan kinerja di seluruh lini bisnis perseroan.
Dia memaparkan prospek cerah bisnis perseroan pada segmen transportasi gas alam cair atau Liquified Natural Gas (LNG) khususnya di wilayah Indonesia Tengah dan Timur.
"Gasifikasi 33 pembangkit listrik di wilayah Indonesia Tengah dan Timur jadi target pangsa pasar GTSI selanjutnya. Hal ini sejalan dengan komitmen pemerintah terhadap upaya peningkatan bauran energi baru dan terbarukan (EBT) sebesar 23% pada 2025," katanya.
Sebelumnya, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) telah meneken Keputusan Menteri No 13 Tahun 2020 tentang Gasifikasi Pembangkit Tenaga Listrik.
Baca Juga: Industri Pelayaran Diprediksi Tumbuh Positif 15 Persen Awal Tahun Ini
Dalam aturan tersebut, terdapat 33 titik pembangkit listrik tenaga diesel (PLTD) yang bakal segera disulap menjadi pembangkit listrik berbasis gas bumi (PLTG) oleh PT Pertamina (Persero).
Nantinya, tambah Dandun, sebanyak 33 titik gasifikasi pembangkit listrik itu akan membutuhkan pasokan gas bumi dengan kapasitas mulai dari 0,5 sampai 8 billion british thermal unit per day (BBTUD) yang akan commercial operation date (COD) pada 2024.
"Kami ingin meningkatkan pangsa pasar kami, baik pada transportasi LNG atau unit penyimpanan dan regasifikasi terapung sejalan dengan komitmen pemerintah meningkatkan bauran EBT yang berdampak pada meningkatnya demand gas di Indonesia," kata Dandun.