Suara.com - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan kegembiraannya melihat capaian kinerja APBN hingga semester I 2022. Ia mengemukakan, APBN mencatatkan surplus sebesar Rp73,6 triliun.
Besaran surplus itu setara dengan 0,39 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia.
"Jadi ini enam bulan berturut-turut APBN mengalami surplus," kata Sri Mulyani dalam konferensi pers APBN Kita secara virtual, Rabu (27/7/2022).
Ia mengatakan, surplus APBN hingga akhir Juni 2022 terbilang sangat baik, jika dibandingkan akhir Juni 2021 yang tercatat defisit Rp283,1 triliun. Surplus tersebut ditopang pendapatan negara yang tumbuh signfikan dibandingkan belanja negara.
Baca Juga: Belanja Pegawai APBN 2023 Naik, Tanda Gaji PNS Naik Tahun Depan?
Sri Mulyani menjelaskan, penerimaan negara yang tumbuh signifikan meliputi, penerimaan perpajakan tercatat senilai Rp1.035,9 triliun atau tumbuh 52,3 persen (yoy).
Adapun komponen penerimaan perpajakan terdiri atas penerimaan pajak Rp868,3 triliun atau tumbuh 55,7 persen (yoy) serta kepabeanan dan cukai Rp167,6 triliun dengan pertumbuhan 37,2 persen (yoy).
Kemudian, penerimaan negara bukan pajak (PNBP), realisasinya Rp281 triliun dengan pertumbuhan 35,8 persen (yoy).
Sementara belanja negara tercatat mencapai Rp1.243,6 triliun atau tumbuh 6,3 persen (yoy). Adapun realisasi itu setara 40 persen dari pagu anggaran belanja negara yang sebesar Rp2.714, 2 triliun.
Menurut Sri Mulyani, dengan adanya surplus maka pembiayaan utang mengalami penurunan. Hingga akhir Juni 2022, pembiayaan utang baru sebesar Rp153,5 triliun atau turun 63,5 persen (yoy) dibandingkan periode sama di 2021 yang mencapai Rp421,1 triliun.
Baca Juga: Kini Masih Gunakan APBN, Menhub Ajak Pihak Swasta Ikut Danai Pengembangan Bandara Komodo
Ia menyatakan indikator positif APBN disepanjang semester I-2022 akan menjadi hal yang baik bagi pemerintah untuk menghadapi semester II-2022, dikarenakan lingkungan global yang masih bergejolak dan berpotensi mempengaruhi kinerja ekonomi dalam negeri.