Suara.com - Dana Moneter Internasional (IMF) kembali memangkas ramalan pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun 2022 ini menjadi 5,3 persen.
Penurunan itu terjadi di tengah perekomonian global yang memasuki periode perlambatan, di tengah kekhawatiran resesi di sejumlah negara besar.
IMF memproyeksi ekonomi Indonesia tumbuh lebih rendah 0,1 poin persentase dibandingkan perkiraan sebelumnya pada bulan April.
Ini menandai pemangkasan kedua sejak awal tahun 2022 setelah perkiraan pada bulan April juga sudah direvisi ke bawah 0,2 poin presentase.
Baca Juga: Indonesia Masuk Daftar Negara Terancam Resesi, Sri Mulyani Tetap Tenang
Menanggapi hal ini, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan proyeksi tersebut terbilang cukup baik dibandingkan negara-negara lain seperti China pertumbuhannya hanya 3,3 persen pada 2022 dan 4,6 persen pada tahun depan.
Meski demikian dirinya tetap mewaspadai dengan adanya penurunan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia tersebut, mengingat saat ini ekonomi global sedang terguncang.
"Ini bukan guncangan yang sepele ini adalah guncangan yang luar bisa tinggi," kata Sri Mulyani dalam konferensi pers APBN Kita secara virtual, Rabu (27/7/2022).
Menurutnya salah satu guncangan yang dimaksud, inflasi tahun ini tingkat inflasi di negara maju tetap bertahan di atas 6,6 persen. Kemudian di negara berkembang, inflasi mencapai 9,5 persen.
“Inflasi yang semakin tinggi dan pertumbuhan yang semakin melemah merupakan kombinasi yang sangat tidak baik, sehingga perlu diwaspadai lantaran dapat berpengaruh ke Indonesia,” ucapnya.
Baca Juga: IMF Ramalkan Ekonomi Sederet Negara Bakal Ambruk
Selain itu, kata Sri Mulyani, risiko resesi yang dihadapi seluruh dunia tak lepas dari rencana Bank Sentral Amerika Serikat atau The Federal Reserve (The Fed) yang akan kembali mengerek suku bunga acuan.
Meski IMF memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi dalam negeri, Sri Mulyani masih cukup percaya diri mengatakan bahwa kondisi perekonomian Indonesia bakal lebih baik daripada negara-negara lain.
“Bila dibandingkan dengan negara-negara lain, negara-negara sebaya, Indonesia cenderung lebih baik. Ini seiring kondisi eksternal yang masih stabil dan inflasi dalam negeri yang terukur,” katanya.