Indonesia Masuk Daftar Negara Terancam Resesi, Sri Mulyani Tetap Tenang

Rabu, 27 Juli 2022 | 18:10 WIB
Indonesia Masuk Daftar Negara Terancam Resesi, Sri Mulyani Tetap Tenang
Menteri Keuangan Sri Mulyani menyampaikan laporannya saat Rapat Paripurna ke-22 DPR masa persidangan V tahun sidang 2021-2022 di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Jumat (20/5/2022). Rapat paripurna tersebut berisi agenda tunggal yaitu mendengarkan penyampaian pemerintah tentang Kerangka Ekonomi Makro dan Pokok-pokok Kebijakan Fiskal (KEM dan PPKF) RAPBN Tahun Anggaran 2023. ANTARA FOTO/Fauzan/wsj.
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Indonesia masuk dalam daftar survei Bloomberg yang terancam mengalami resesi ekonomi dengan probilitas mencapai 3 persen. Meski demikian Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati tetap tenang soal daftar tersebut.

"Indonesia dalam hal ini probabilitas resesi menurut survei tersebut 3 persen dibandingkan dengan negara-negara tersebut jauh lebih kecil," kata Sri Mulyani dalam konferensi pers APBN Kita, Rabu (27/7/2022).

Dikatakan lebih kecil karena dalam survei tersebut terlihat negara lain seperti Sri Lanka memiliki tingkat probabilitasnya mencapai 85 persen seperti di Sri Lanka. Eropa prababilitasnya 55 persen dan Amerika Serikat 40 persen.

China juga masuk dalam daftar tersebut dengan probabilitas 20 persen. Korea Selatan, Jepang, Hong Kong, Australia, Taiwan, Malaysia dan Thailand juga sederet negara lainnya.

Baca Juga: Ketakutan Resesi Ekonomi, Kilau Emas Kian Pudar

Meski Indonesia masuk dalam probabilitas, Sri Mulyani menekankan posisi Indonesia masih cukup baik. Seperti yang diramalkan dana moneter internasional, ekonomi Indonesia masih bisa tumbuh 5,3 persen.

"Meskipun proyeksi terlihat baik tidak boleh terlena, Indonesia harus tetap waspada," pungkasnya.

Sri Mulyani menjelaskan probabilitas resesi terjadi karena adanya volatilitas global yang meningkat sehingga menimbulkan potensi pelemahan kinerja ekonomi negara-negara di seluruh dunia.

Dalam hal ini, kenaikan harga komoditas menjadi salah satu faktor sejak Januari 2022 hingga sekarang yang menimbulkan dinamika global luar biasa.

Kenaikan harga komoditas energi seperti minyak, gas dan mineral serta pangan telah mendorong kenaikan inflasi di berbagai negara terutama negara maju yang memang tidak mengatur harga energi dan pangan.

Baca Juga: Survei Bloomberg Catat 15 Negara Terancam Resesi, Moeldoko: Alhamdulillah Kita Masih ke-14

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI