Suara.com - Harga emas dunia melemah pada perdagangan hari Senin, mengembalikan kenaikan di awal sesi, karena kembali menguatnya imbal hasil obligasi AS atau US Treasury.
Sementara investor memposisikan diri untuk ekspektasi kenaikan suku bunga 75 basis poin oleh Federal Reserve pekan ini.
Mengutip CNBC, Selasa (26/7/2022) harga emas di pasar spot turun 0,4 persen menjadi USD1.719,49 per ounce, sementara emas berjangka Amerika Serikat ditutup 0,5 persen lebih rendah menjadi USD1.719,10.
Faktor terbesar yang mempengaruhi emas adalah antisipasi pertemuan The Fed, dengan data PDB kuartal kedua Amerika, Kamis, juga kemungkinan menjadi pendorong yang signifikan.
Baca Juga: Sambut Indonesia Emas 2045, Maruarar Sirait Ajak Mahasiswa Siapkan Mental Jadi Pemimpin Masa Depan
"Biasanya, menjelang keputusan The Fed, kita melihat aksi jual di logam dan itu normal," kata Daniel Pavilonis, analis RJO Futures.
The Fed diperkirakan menaikkan suku bunga acuan 75 basis poin lagi pada pertemuan 26-27 Juli untuk meredakan lonjakan inflasi.
Naiknya suku bunga AS mengurangi daya tarik emas yang tidak memberikan imbal hasil, meski dianggap sebagai lindung nilai terhadap inflasi.
Emas melemah pada sesi Senin meski ada kemunduran dalam dolar, yang biasanya membuat logam kuning lebih menarik bagi pembeli yang menggunakan mata uang lain.
"Kecuali jika The Fed menaikkan suku bunga sebesar 100 basis poin, ada kemungkinan kita akan melihat pelemahan lebih lanjut dalam dolar dan penguatan emas," kata Fawad Razaqzada, analis City Index.
Baca Juga: Ekspansi ke Indonesia, Perusahaan Malaysia Bakal Jalankan Tabungan Emas Berbasis Koperasi
Di pasar fisik, net impor emas China melalui Hong Kong melonjak hampir lima kali lipat pada Juni karena perbankan meningkatkan pembelian dan pembatasan Covid dilonggarkan.
Harga perak di pasar spot turun 0,8 persen menjadi USD18,44 per ounce.
Platinum naik 0,8 persen menjadi USD880,24 per ounce, sementara paladium anjlok 1,1 persen menjadi USD2.009,64.