Suara.com - Resesi jadi ancaman terkini ekonomi global dampak pemulihan pandemi COVID-19 yang belum membaik serta konflik antara Rusia dan Ukraina yang belum memperlihatkan perkembangan positif.
Kenaikan harga sejumlah komoditas global juga turut membuat laju inflasi hampir diseluruh negara dunia melesat tinggi. Korban pertama dari ancaman ini adalah Sri Lanka yang dinyatakan telah menjadi negara gagal.
Analis PT Kanaka Hita Solvera (KHS) Andhika Cipta Labora mengatakan ditengah situasi ekonomi yang tak pasti ini, dirinya menyarankan agar setiap orang untuk menghindari investasi saham, sebaliknya dirinya menyarankan untuk memperbanyak memegang cash atau uang tunai.
"Di tengah ancaman resesi sebaiknya para investor perlu mengurangi portofolio di instrument saham dan perlu memperbanyak posisi cash," kata Andhika kepada awak media di Jakarta, Jumat (22/7/2022).
Baca Juga: Kendalikan Inflasi dengan Penerapan Strategi 4K
Meski demikian, ia mengatakan, jika para investor tetap ingin melakukan transaksi saham, pilihlah saham yang memiliki tahan banting dari ancaman resesi ekonomi.
Ia juga menyarankan sejumlah saham pilihan yang patut dicermati investor, di mana bisa menjadi tahan terhadap ancaman resesi ekonomi.
"Saham sector defensive yang menarik untuk dilirik para investor di saat resesi seperti PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR), PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP)," ujarnya.
Namun, Andhika menyarankan investor untuk menghindari beberapa saham teknologi yang diprediksi tertekan besar jika resesi ekonomi terjadi nanti.
"Sektor teknologi perlu dihindari apabila terjadi resesi, karena akan ada kenaikan suku yang membuat beban bunga emiten-emiten teknologi akan naik juga," ucapnya.
Baca Juga: Kamis Pagi IHSG Dibuka Naik ke Level 6.879