Suara.com - Kecelakaan maut yang terjadi di Cibubur, Jawa Barat awal pekan ini menelan belasan korban luka dan meninggal dunia. Penyebab kecelakaan tersebut diduga karena aturan pennempatan lampu lalin di lokasi kejadian tidak sesuai standar.
Penempatan lampu merah di pertigaan CBD, Jalan Transyogi, Cibubur, Kota Bekasi banyak disorot, termasuk oleh anggota legislatif yang meminta lampu tersebut dicopot.
Sebelumnya, lampu lalin tersebut dipasang Dinas Perhubungan Kota Bekasi pada 2021 atas permintaan dari pengembang kawasan perumahan Citra Grand Cibubur CBD, PT Ciputra Nugraha Internasional.
Perusahaan tersebut merupakan anak perusahaan dari holding company Ciputra Grup. Perusahaan tersebut juga meminta pembukaan jalur belok atau u-turn yang sebelumnya tak ada di lokasi.
Lalu, apakah Dishub Kota Bekasi menyalahi aturan penempatan lampu lalin dengan memasangnya di lokasi kejadian? Menurut UU No. 2 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan: Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas (APILL) merupakan lampu yang digunakan untuk mengendalikan arus lalu lintas yang terpasang di persimpangan jalan, tempat penyeberangan pejalan kaki dan arus lalu lintas lainnya.
Adapun tiga jenis APILL yang wajib untuk dipahami oleh pengendara dan pejalan kaki.
1. Lampu Tiga Warna
Lampu tiga warna ini terdiri atas warna merah, kuning, dan hijau yang berfungsi untuk mengatur kendaraan. Lampu lalu lintas ini biasanya tersedia di persimpangan jalan untuk menghindari macet.
2. Lampu Dua Warna
Baca Juga: Dramatis! Kesaksian Satpam Pada Tabrakan Maut Truk Tanki Pertamina di Cibubur
Lampu dua warna ini berfungsi untuk mengatur pejalan kaki yang hendak menyeberang jalan. Lampu ini terdiri atas dua warna yaitu warna merah dan hijau. Pejalan kaki hanya bisa melintas zebra cross ketika lampu pejalan kaki berwarna hijau. Jika lampu pejalan kaki berwarna hijau, maka pengendara diharuskan berhenti sejenak.