Suara.com - Banyak negara di dunia kini dihantui oleh inflasi. Faktor penyebab inflasi pun bermacam-macam, mulai dari kekacauan ekonomi dan politik sampai kenaikan harga produksi sebuah barang.
Sebagai contoh, Sri Lanka, negara di kawasan Asia Selatan ini mengalami inflasi hingga 55% setelah harga produksi meroket. Inflasi banyak dialami negara di dunia setelah pandemi Covid-19
Harga-harga kebutuhan pokok di negara ini seperti BBM dan makanan melonjak tajam. Bahkan Sri Lanka membatalkan ujian sekolah karena negara tidak memiliki cadangan devisa untuk mengimpor kertas.
Kondisi diperparah dengan Presiden Gotabaya Rajapaksa saat itu disebut tidak becus memimpin. Dia dan beberapa oligarkinya dikudeta dari jabatan di kini diketahui melarikan diri ke luar negeri.
Baca Juga: Sebut Inflasi Tinggi Tak Masalah, Mendag Zulhas: Masyarakat Kalau Punya Uang Banyak Gak Marah
Negara lain yang dihantam inflasi parah adalah Zimbabwe di Afrika Selatan. Inflasi yang menyentuh 192% membuat negara ini mengganti mata uang mereka dengan emas. Emas nantinya bisa digunakan untuk perdagangan domestik maupun internasional untuk menekan kenaikan harga.
Dari ilustrasi dua tersebut, inflasi dapat diartikan sebagai kenaikan harga barang dan jasa secara umum dan terus menerus dalam jangka waktu tertentu. Kebalikan dari inflasi adalah deflasi di mana harga barang turun secara terus-menerus dalam waktu tertentu.
Faktor penyebab inflasi dan dampak inflasi pun beragam. Situs resmi Kementerian Keuangan menyebutkan ada enam faktor penyebab inflasi sebagai berikut.
1. Permintaan yang tinggi terhadap suatu barang atau jasa sehingga membuat harganya mengalami kenaikan.
2. Bertambahnya uang yang beredar di masyarakat.
Baca Juga: Sri Mulyani: Inflasi Menjadi Tantangan Perekonomian Global
3. Kenaikan biaya produksi terhadap suatu barang atau jasa.
4. Tidak seimbangnya jumlah penawaran pada suatu barang atau jasa dengan ketersediaan barang dan jasa tersebut.
5. Perilaku masyarakat yang seringkali memprediksi harga suatu barang atau jasa. Inflasi ini disebut pula ekspektasi inflasi, yakni inflasi yang mengarah pada ketidakpastian dan gejolak harga.
6. Kekacauan ekonomi dan politik di suatu negara seperti yang terjadi di Indonesia pada akhir masa orde baru tahun 1998 atau kekacauan ekonomi akibat pandemi Covid-19 serta kekacauan politik yang menyebabkan kudeta presiden seperti dialami Sri Lanka saat ini.
Dampak Inflasi
Inflasi bisa menimbulkan sejumlah dampak, baik dari sisi ekonomi maupun nonekonomi. Menurut Bank Indonesia, inflasi yang tinggi akan menyebabkan pendapatan riil masyarakat terus turun.
Dalam jangka panjang, standar hidup dari masyarakat turun dan akhirnya menjadikan semua orang, terutama orang miskin, bertambah miskin.
Kedua, dampak inflasi yang tidak stabil akan menciptakan ketidakpastian (uncertainty) bagi pelaku ekonomi dalam mengambil keputusan.
Pengalaman empiris menunjukkan bahwa inflasi yang tidak stabil akan menyulitkan keputusan masyarakat dalam melakukan konsumsi, investasi, dan produksi yang pada akhirnya akan menurunkan pertumbuhan ekonomi.
Kontributor : Nadia Lutfiana Mawarni