Suara.com - Perusahaan otobus (PO) transportasi angkutan darat, PT Eka Sari Lorena Transport Tbk (LRNA) menyelenggarakan Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) dengan sejumlah agenda rapat penting di antaranya pengesahan Laporan Tahunan 2021 dan realisasi serta proyeksi bisnis tahun 2022.
RUPST Tahun Buku 2021 yang diakhiri dengan Paparan Publik atau Public Expose ini juga membahas kendala utama bisnis di sepanjang 2021, kebijakan dividen di masa depan, dan perencanaan strategis di tahun 2022.
Direktur Pelaksana (Managing Director) Perseroan, Dwi Rianta Soerbakti mengatakan, RUPST menyetujui pengesahan Laporan Tahunan 2021 dan beberapa agenda lainnya. Hanya saja, terkait dengan kebijakan dividen, Perseroan belum bisa membagikan dividen tahun 2021 kepada para pemegang saham mengingat masih fokus membenahi kinerja Perseroan.
“Tahun 2021 merupakan tahun bertahan di sepanjang sejarah berdirinya perusahaan. Sebab itu, fokus kami ke depan ialah memanfaatkan momentum tren pemulihan ekonomi di tengah pandemi Covid-19,” ujarnya dalam Public Expose, Jumat (15/7/2022).
Baca Juga: Mudah Bertransportasi dengan Kartu dan Aplikasi JakLingko
Tahun lalu, pendapatan usaha LRNA mencapai Rp 70,20 miliar, naik 7,92% dari tahun sebelumnya Rp 65,046 miliar. Perseroan yang didirikan dengan nama awal CV Lorena tahun 1970 ini mampu menekan rugi bersih sebesar 38% menjadi Rp 26,47 miliar, dari rugi bersih 2020 senilai Rp 43,03 miliar. Pendapatan segmen AKAP (Antarkota-Antarprovinsi) tercatat Rp 61,29 miliar di 2021, naik 9,95% dari tahun 2020 Rp 55,75 miliar atau menyumbang 87,31% dari total pendapatan, naik dari kontribusi tahun 2020 yang mencapai 85,70%.
“Pendapatan kami naik sedikit, dikarenakan Perseroan melakukan efisiensi dan optimalisasi biaya. Seluruh jenis layanan yaitu segmen AKAP, AKAP Jarak Pendek trayek Jakarta- Bogor-Tangerang-Jakarta, serta segmen Bus Angkutan Bandara tahun lalu belum beroperasi secara maksimal karena turunnya demand masyarakat dan ketatnya aturan dari pemerintah di kala pandemi Covid19.” ucapnya.
Akan tetapi, tegasnya, Perseroan menaruh harapan industri transportasi darat berpenumpang umum ini akan memiliki prospek baik dengan adanya penambahan infrastruktur. Namun, di tahun 2021, Perseroan berhasil menekan kerugian secara signifikan dan secara “Cashflow’ Perseroan sudah positif.
“Langkah pemerintah harus didukung oleh seluruh komponen masyarakat untuk mewujudkan rencana dan pelaksanaan pembangunan di segala bidang,” katanya.
Rencana Bisnis 2022
Baca Juga: Kasus Pelecehan Seksual di Ruang Publik Jakarta Meningkat, Wagub DKI: Tidak Boleh Dianggap Enteng!
Dalam kesempatan tersebut, Dwi Rianta Soerbakti, MBA memaparkan sejumlah strategi ekspansi di 2022, diantaranya adalah Perseroan akan memperkuat Divisi Rental Bus guna memperoleh kontrak kerja sama dalam hal penyediaan sewa bus berjangka panjang.
Untuk divisi ini, Juni lalu, LRNA baru saja memenangkan tender pengadaan dan operator bus medium listrik dari Sinar Mas Land. Dengan tender ini, maka satu unit bus listrik LRNA akan beroperasi pada Agustus 2022 mendatang, di BSD City. Bus listrik yang akan dioperasikan Lorena yakni merek Skywell. Perusahaan menargetkan penambahan, sekaligus pengoperasian sebanyak 25 unit bus listrik selama 5 tahun.
Selain itu, Lorena juga akan memperkuat rute atau trayek jarak pendek di sekitar Jabodetabek melalui layanan Jabodetabek Residence Connection (JRC) dan Trans Jabodetabek Reguler (TJR), serta memperluas Angkutan Bandara (Jabodetabek Airport Connection/JAC) karena Perseroan melihat besarnya potensi segmen ini.
“Kami juga terus berkomitmen memperkuat trayek jarak pendek kategori Commuter Line yaitu JRC, JAC dan TJR. Kami juga memperketat rasio jumlah karyawan, memperkuat sistem e-ticketing dan menjalankan sistem Cashless Payment Method. Kami pun meyakini Divisi Rental Bus juga akan menyumbang pendapat bagi perseroan secara signifikan,” ungkap Rianta.
Rianta, menambahkan Perseroan juga akan segera memasuki industri angkutan limbah medis. “Izin rekomendasi pengangkutan limbah bahan berbahaya dan beracun dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan sudah didapat. Saat ini, dalam proses “due diligence” beberapa perusahaan yang mungkin akan menjadi mitra dari PT Lorena,” imbuhnya.
Tahun lalu, beberapa strategi bertahan yang diterapkan di antaranya efisiensi di semua bidang, menutup jurusan-jurusan yang tak lagi menguntungkan dan memperkuat jurusan-jurusan jarak pendek dan bersifat “Commuter Line”.
Adapun di 3 bulan pertama tahun ini (Q1-2022), kinerja Lorena mulai pulih tercermin dari kenaikan pendapatan dan penurunan rugi bersih yang signifikan. Pendapatan LRNA di Q1-2022 naik 0,82% menjadi Rp 17,22 miliar dari periode yang sama tahun lalu Rp 17,08 miliar.
Rugi bersih dipangkas 49% menjadi Rp 3,64 miliar dari Q1-2021 rugi Rp 7,12 miliar. Pendapatan terbesar LRNA masih dari Bus AKAP Rp 15,08 miliar, naik dari Rp 14,73 miliar, disusul Shuttle Bus Rp 778,50 juta, Bus AKAP Jarak Pendek Rp 749,93 juta, dan Bus Angkutan Bandara yang naik menjadi Rp 611,44 juta dari Rp 485,32 juta.
Jumlah aset Q1-2022 tercatat Rp 241,48 miliar, dari Desember 2021 sebesar Rp 239,33 miliar, kewajiban Rp 53,09 miliar, dari ekuitas Rp 188,39 miliar sehingga rasio utang terhadap ekuitas atau debt to equity ratio (DER) yakni 0,28 kali.
Saat ini, Bisnis AKAP Lorena memiliki 20 rute di antaranya Pekanbaru, Bukit Tinggi, Padang, Bandar Lampung, Jakarta, Bogor, Bandung, Surabaya hingga Madura.
Armada AKAP terdiri dari Double Decker MB2542 (12 unit), Super Executive Class (12), Executive Class (85), VIP Class (8), Business Class 1 (15), Business Class 2 (22) dan Medium Bus (2). Armada lainnya yakni TransJabodetabek Reguler (22), Jabodetabek Residence Connection (12), Jabodetabek Airport Connection (18), dan Shuttle Bus.