Garuda Indonesia Diminta Tutup Sejumlah Kantor Regional dan Domestik untuk Bantu Keuangan

M Nurhadi Suara.Com
Jum'at, 15 Juli 2022 | 09:56 WIB
Garuda Indonesia Diminta Tutup Sejumlah Kantor Regional dan Domestik untuk Bantu Keuangan
Ilustrasi pesawat Garuda Indonesia. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Arista Indonesia Aviation Center (AIAC) Arista Atmadjati menyarankan Garuda Indonesia merampingkan kantor-kantor regional dari empat menjadi hanya dua kantor regional, yaitu wilayah Indonesia Barat dan Indonesia Timur karena pesawat hanya tersisa 40 persen dari normal.

"Itu pernah Garuda lakukan pada tahun 2000 ke bawah di mana dulu market domestik Garuda masih 60 persen dan menjadi market leader," kata Arista.

Selain itu, menurutnya, dulu emiten berkode GIAA itu juga pernah memiliki perwakilan area di Amsterdam dan Arab Saudi yang dipegang oleh regional Jakarta Raya. 

Meski ada perbedaan waktu, kondisi itu bukan menjadi halangan karena komunikasi bisa melalui email, pesan singkat, dan berbagai macam platform lainnya.

Baca Juga: Resmikan Sarinah, Presiden Jokowi Senang Produk Lokal Dipamer Secara Detail

Ia mengatakan, dengan mengurangi dari domestik empat menjadi dua, yang Amsterdam dan Saudi Arabia dipegang oleh Jakarta sudah sangat membantu keuangan. Terlebih, jika kantor regional Asia dan Australia bisa dicitukan di Singapura saja.

"Jadi sekarang dibagi dua untuk Jepang dan Korea, mereka sendiri. Asia sendiri, masalahnya Asia banyak tidak terbang. Kantor-kantor Garuda perwakilan Asia karena tidak ada penerbangan jadi ya cuma Kuala lumpur, Singapura, China, Korea, Jepang, sudah jadikan satu saja. Itu irit banyak karena organisasi perwakilan terutama di luar negeri itu semuanya gaji menggunakan dolar AS," kata Arista, dikutip dari Antara.

Garuda resmi lolos penundaan kewajiban pembayaran utang (PKPU) yang membuatnya diberi restrukturisasi utang sampai 20 tahun ke depan.

Keberhasilan Garuda lolos dari PKPU menurutnya bisa jadi momentum maskapai milik negara itu untuk memperbaiki bisnis dan kondisi keuangan perseroan.

"Direktur utama dan jajaran direksi harus berani memutuskan hal-hal yang tidak populer. Untuk apa? kalau tidak bisa untung tahun 2022, paling tidak mengurangi beban kerugian yang terlalu besar," pungkasnya

Baca Juga: Garuda Indonesia Masuki Masa Krusial Proses Pemulihan Kinerja

Merujuk pada laporan keuangan (audited) tahun 2021, Garuda secara grup mencatatkan pendapatan usaha sebesar 1,33 miliar dolar AS atau turun 10,43 persen dibandingkan dengan pendapatan usaha pada tahun 2020.

Pendapatan usaha itu didukung oleh pendapatan penerbangan berjadwal sebesar 1,04 miliar dolar AS, penerbangan tidak berjadwal sebesar 88,05 juta dolar AS, dan pendapatan lainnya sebesar 207 juta dolar AS.

Sepanjang tahun lalu, Garuda secara grup turut mencatatkan penurunan beban usaha sebesar 21,03 persen menjadi 2,6 miliar dolar AS bila dibandingkan periode yang sama pada tahun 2020.

Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra menyampaikan bahwa tahun 2021 adalah fase puncak pandemi dengan tingkat positive rate tertinggi sepanjang pandemi berlangsung di Indonesia.

Kondisi tersebut yang berdampak secara langsung pada tingkat kepercayaan masyarakat untuk terbang, sehingga terjadi penurunan trafik penumpang secara signifikan sepanjang tahun lalu.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI