Suara.com - Harga minyak dunia ditutup lebih rendah pada perdagangan hari Kamis, tetapi memangkas hampir semua kerugian setelah jatuh lebih dari USD4 di awal sesi.
Penurunan harga minyak ini imbas prospek kenaikan suku bunga Amerika yang direncanakan bakal lebih agresif akhir bulan ini untuk membendung lonjakan laju inflasi.
Mengutip CNBC, Jumat (15/7/2022) minyak mentah berjangka Brent untuk kontrak pengiriman September, patokan internasional, turun 47 sen, atau 0,5 persen menjadi USD99,10 per barel dan menyelesaikan sesi ketiga berturut-turut di bawah USD100.
Sementara itu, patokan Amerika Serikat, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate untuk kontrak pengiriman Agustus, melemah 52 sen atau 0,5 persen menjadi USD95,78 per barel.
Baca Juga: Harga Minyak Dunia Rebound Usai Anjlok 7 Persen
Kedua kontrak menyentuh posisi terendah pada sesi Kamis yang berada di bawah penutupan 23 Februari, sehari sebelum Rusia menginvasi Ukraina, dengan Brent mencapai level terendah sejak 21 Februari.
Federal Reserve terlihat meningkatkan pertempurannya dengan inflasi yang melesat ke tingkat tertinggi 40 tahun, dengan kenaikan suku bunga 100 basis poin bulan ini setelah laporan inflasi yang suram menunjukkan tekanan harga meningkat. Pertemuan kebijakan Fed dijadwalkan pada 26-27 Juli.
Kenaikan suku bunga Fed diperkirakan mengikuti langkah serupa oleh Bank of Canada yang mengejutkan pasar pada Rabu.
"Langkah The Fed akan berdampak besar pada pasar saat kita melihat mereka mencoba mencerna data ekonomi terbaru tentang inflasi," kata John Kilduff, mitra di Again Capital LLC, New York.
Harga minyak jatuh dalam dua pekan terakhir di tengah kekhawatiran resesi meski terjadi penurunan ekspor minyak mentah dan produk olahannya dari Rusia di tengah sanksi Barat dan gangguan pasokan di Libya.
Baca Juga: Harga Minyak Dunia Anjlok Lebih dari 7 Persen, Kini di Bawah USD100/Barel
Investor juga berbondong-bondong menuju dolar, sering dilihat sebagai aset safe-haven. Indeks Dolar (Indeks DXY) mencapai level tertinggi 20 tahun, Rabu, membuat harga minyak lebih mahal bagi pembeli non-AS, tetapi sedikit mundur pada sesi Kamis.
"Indikator teknikal menunjukkan putaran terendah yang baru karena dolar AS terus mendominasi dalam mendorong arah harga minyak," kata Jim Ritterbusch, Presiden Ritterbusch and Associates LLC di Galena, Illinois.
Di Eropa, sinyal juga bearish untuk permintaan dengan Komisi Eropa memangkas perkiraan pertumbuhan ekonomi dan menaikkan ekspektasi tingkat inflasi menjadi 7,6 persen.
Kekhawatiran pembatasan Covid-19 di beberapa kota di China untuk mengendalikan kasus baru dari subvarian yang sangat menular juga membatasi harga minyak.
Impor minyak mentah harian China sepanjang Juni merosot ke level terendah sejak Juli 2018, karena penyuling mengantisipasi langkah-langkah penguncian untuk mengekang permintaan, menurut data bea cukai, Rabu.