Dilema, Harga Komoditas Ekspor RI Meningkat Tapi Anggaran Subsidi Membengkak

Kamis, 14 Juli 2022 | 15:17 WIB
Dilema, Harga Komoditas Ekspor RI Meningkat Tapi Anggaran Subsidi Membengkak
Ilustrasi komoditas. [Suara.com/Wivy Hikmatullah]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Indonesia terbilang beruntung ketika harga sejumlah harga komoditas global meningkat, pasalnya dengan naiknya harga komoditi ditingkat internasional juga ikut mengkerek harga ekspor komoditas andalan Indonesia.

Namun sayangnya kenaikan harga komoditas ini tidak bisa dirasakan secara utuh bagi negara, karena disisi lain pemerintah juga menanggung beban anggaran dari naiknya sejumlah komoditas energi global, seperti minyak mentah.

"Tapi anggaran kami menanggung beban subsidi yang sangat besar untuk bahan bakar," kata Sri Mulyani dalam acara bertajuk "Sustainable Finance for Climate Transition Roundtable" secara virtual, Kamis (14/7/2022).

Asal tahu saja, untuk memenuhi kebutuhan bahan bakar di Indonesia, pemerintah masih mengandalkannya dari impor, kecuali untuk jenis Solar. Beban pemerintah untuk memberikan subsidi bahan bakar pun akan meningkat seiring dengan naiknya harga minyak dunia.

Baca Juga: Hitung-hitungan Menkeu Sri Mulyani Soal Anggaran Subsidi Energi Tahun Depan

Untungnya kata Sri Mulyani pemerintah masih terus menggelontorkan tambahan anggaran untuk sektor energi melalui subsidi, sehingga ketika harga minyak global naik harga BBM di dalam negeri masih bisa ditahan.

"Bagi negara lain yang tidak memiliki kemampuan untuk subsidi, maka risikonya adalah dibebankan ke masyarakat," papar Sri Mulyani.

Tak heran kata Sri Mulyani saat ini banyak negara yang mengalami lonjakan inflasi yang cukup tinggi akibat kenaikan harga energi ini.

"Maka tak heran inflasi banyak negara melesat dan mengantarkan mereka ke jurang resesi," katanya.

Informasi saja, Badan Pusat Statistik (BPS) Amerika Serikat (AS) melaporkan laju inflasi negara tersebut pada bulan Juni mencapai 9,1 persen, inflasi merupakan yang tertinggi sejak tahun 1981 atau 41 tahun lalu.

Baca Juga: Terus Meningkat, Lampung Penyumbang Terbesar Ekspor Lada Hitam Indonesia

Indeks harga konsumen, barang dan jasa sehari-hari yang terkait dengan biaya hidup, melonjak 9,1 persen dari tahun lalu, di atas perkiraan Dow Jones 8,8 persen. Itu menandai laju inflasi tercepat sejak November 1981.

Sementara itu laju inflasi inti negeri Paman Sam meningkat 5,9 persen dibandingkan dengan perkiraan 5,7 persen. Inflasi inti memuncak pada 6,5 persen pada bulan Maret dan telah turun sejak itu.

Pada basis bulanan, IHK utama naik 1,3 persen dan IHK inti naik 0,7 persen dibandingkan dengan perkiraan masing-masing 1,1 persen dan 0,5 persen.

Laju inflasi ini dorong oleh kenaikan harga energi yang melonjak 7,5 persen pada bulan tersebut dan naik 41,6 persen selama 12 bulan. Indeks makanan meningkat 1 persen, sementara biaya tempat tinggal, yang membentuk sekitar sepertiga dari CPI naik 0,6 persen untuk bulan tersebut dan naik 5,6 persen setiap tahun. 

Ini adalah bulan keenam berturut-turut bahwa makanan di rumah naik setidaknya 1 persen.
Biaya sewa naik 0,8 persen di bulan Juni, kenaikan bulanan terbesar sejak April 1986, menurut BLS.

Sebagian besar kenaikan inflasi berasal dari harga bensin, yang meningkat 11,2 persen pada bulan tersebut dan hanya sedikit dari 60 persen untuk periode 12 bulan. Biaya listrik masing-masing naik 1,7 persen dan 13,7 persen. 

Sementara di Indonesia inflasi pada bulan Juni 2022 sudah sebesar 0,61 persen, sementara untuk tahun kalender sudah mencapai 3,19 persen. Sehingga secara tahunan atau year on year (yoy) laju inflasi sudah mencapai 4,35 persen.

Kepala BPS Margo Yuwono mengatakan bahwa laju inflasi tahunan ini merupakan yang tertinggi sejak 5 tahun terakhir.

"Inflasi year on year 4,35 persen ini merupakan inflasi yang tertinggi sejak Juni 2017, di mana inflasi kita 4,37 persen," kata Kepala BPS Margo Yuwono saat konferensi pers di Kantornya, Jakarta, Jumat (1/7/2022).

Margo melanjutkan, penyumbang inflasi Juni berasal dari cabai merah, cabai rawit, bawang merah, dan telur ayam ras. Kenaikan harga sejumlah komoditas global kata Margo sudah mulai dirasakan dampaknya terhadap laju inflasi di dalam negeri.

"Dengan melihat kondisi perkembangan global dan cuaca. Maka inflasi pada Juni 2022 mtm 0,61 persen atau terjadi peningkatan Indeks harga konsumen 110,42 Mei 2022 menjadi 111,09 Juni 2022," paparnya. 

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI