5 Negara Berpotensi Resesi 2022, Apakah Indonesia Termasuk?

Rifan Aditya Suara.Com
Kamis, 14 Juli 2022 | 14:06 WIB
5 Negara Berpotensi Resesi 2022, Apakah Indonesia Termasuk?
Ilustrasi krisis ekonomi, resesi, bangkrut, crash market, global recession, inflasi (pixabay.com)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Pandemi Covid-19  selain telah menginfeksi lebih dari 13 juta orang di seluruh dunia juga telah menyebabkan ekonomi berbagai negara runtuh dan berpontensi resesi. Siapa saja yang masuk daftar negara berpotensi resesi?

Resesi sendiri merupakan keadaan ketika suatu negara mengalami kontraksi pertumbuhan ekonomi selama dua kuartal berturut-turut atau lebih. Setidaknya ada lima negara berpotensi resesi menurut penjelasan dari laman archyde.com.

Berikut ini adalah negara-negara yang secara resmi dinyatakan memasuki ambang resesi dari laman archyde.com. Berdasarkan daftar ini Indonesia tidak termasuk didalamnya.

1. Amerika Serikat

Baca Juga: Sri Lanka Resesi, Nasib Ekonomi Indonesia Bagaimana?

Amerika Serikat [Shutterstock]
Amerika Serikat [Shutterstock]

Negara adidaya AS itu tidak berdaya melawan efek pandemi virus coroba setelah ekonomi berkontraksi atau minus 32,9 persen pada kuartal kedua 2020. Dengan kondisi ini negara Paman Sam resmi memasuki jurang resesi karena kuartal I-2020 tercatat tumbuh minus 5 persen.

Kondisi ini menempatkan AS ke dalam ekonomi terburuk sejak 1947. Kemerosotan ekonomi disebabkan oleh konsumsi rumah tangga yang turun 34,6 persen secara tahunan.

2. Jerman

Ilustrasi bendera Jerman.[Unsplash/Bram]
Ilustrasi bendera Jerman.[Unsplash/Bram]

Pemerintah Jerman mengumumkan Produk Domestik Bruto (PDB) Jerman minus 10,1 persen. Jerman secara resmi memasuki resesi. Pasalnya, PDB Jerman terkontraksi 2,2 persen pada kuartal I-2020.

Badan Statistik Federal Jerman menyebut kontraksi dalam PDB sebagai yang terbesar dan lebih buruk daripada krisis keuangan 2008-2009. Upaya penanggulangan pandemi virus corona telah menurunkan perekonomian, khususnya di sektor ekspor dan impor.

Baca Juga: Investor Waspada Kenaikan Suku Bunga Picu Resesi, Pejabat The Fed Singgung Keputusan Mendadak

3. Hong Kong

Sebuah taksi melintasi persimpangan kosong di kawasan pusat bisnis di Hong Kong, pada (13/10/2021). [PETER PARKS / AFP]
Sebuah taksi melintasi persimpangan kosong di kawasan pusat bisnis di Hong Kong, pada (13/10/2021). [PETER PARKS / AFP]

Hong Kong telah mengalami resesi ekonomi selama empat kuartal berturut-turut sejak 2019. Hong Kong telah jatuh lebih dalam ke dalam resesi pada kuartal kedua 2020, berkontraksi 9 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.

Tercatat pada kuartal III-2019, laju ekonomi Hong Kong minus 2,8 persen karena demonstrasi yang berlarut-larut. Pada kuartal IV-2019, ekonomi Hong Kong kembali turun minus 3 persen yang membuat Hong Kong resmi terpuruk dalam resesi.

Menteri Keuangan Hong Kong Paul Chan mengatakan Hong Kong menghadapi jalan bergelombang menuju pemulihan ekonomi. Sebab, kasus baru virus corona di Hong Kong juga melonjak belakangan ini. Akibatnya, pemerintah Hong Kong kembali memberlakukan pembatasan sosial.

4. Korea Selatan

Ilustrasi Korea Selatan (Shutterstock)
Ilustrasi Korea Selatan (Shutterstock)

Korea Selatan juga tidak dapat lepas dari pukulan pandemi dan dinyatakan telah mengalami resesi untuk pertama kalinya dalam 17 tahun karena penurunan ekspor. Bank of Korea mengumumkan pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) Korea Selatan anjlok 3,3 persen pada kuartal kedua atau periode April-Juni dibandingkan dengan kuartal sebelumnya yang terkontraksi 1,3 persen.

Penurunan pertumbuhan ekonomi per kuartal bahkan merupakan yang terburuk setelah resesi 1998 yang lalu. Ekspor anjlok 16,6 persen atau tercuram sejak 1963 lalu. Sementara itu, impor anjlok 7,4 persen. 

5. Singapura

Ilustrasi Singapura (Unsplash/Jisun Han)
Ilustrasi Singapura (Unsplash/Jisun Han)

Kementerian Perdagangan dan Industri Singapura (MTI) mengumumkan data awal (prelimenary) Pertumbuhan ekonomi Singapura turun 41,2 persen pada kuartal kedua 2020 dibandingkan kuartal sebelumnya. Secara tahunan, ekonomi Singapura juga terkontraksi 12 persen. Penurunan tersebut lebih dalam dari kuartal I-2020 yang minus 0,7 persen.

Kontraksi kinerja ekonomi terjadi karena negara yang sangat bergantung pada perdagangan itu dilanda pandemi virus corona.  Analis menganggap kinerja ekonomi Singapura sebagai sinyal peringatan perlambatan ekonomi global.

Itulah data negara berpotensi resesi. Semoga bermanfaat untuk Anda.

Kontributor : Mutaya Saroh

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI