Suara.com - Ekonomi Indonesia yang kuat diklaim oleh Menteri Keuangan Sri Mulyani tidak akan bernasib sama seperti Sri lanka. Terlebih, ketahanan ekonomi yang lebih baik bisa mencegah bangkrut.
Hal ini ia sampaikan usai Sri Lanka saat ini diketahui menjadi negara bangkrut usai gagal bangkit dari krisis ekonomi yang semakin memburuk sejak awal 2022 lalu.
"Seluruh dunia menghadapi konsekuensi geopolitik dalam bentuk kenaikan harga bahan-bahan makanan dan energi yang mendorong lebih tinggi lagi inflasi, setelah tadinya sudah meningkat akibat pandemi," ujar Menkeu.
Krisis ekonomi yang melanda Sri Lanka tidak lepas dari kenaikan inflasi negara itu yang semakin memperburuk setelah utang yang menggungung, gagal bayar hingga cadangan devisa yang semakin habis.
Baca Juga: Indonesia Waspada Ancaman Ekonomi di Asia Tenggara, Pakar: Ingat Awal Mula Krisis 1998!
Tidak hanya negara miskin dan berkembang, goncangan ekonomi juga melanda banyak negara maju di dunia. Ekonomi dunia yang baru saja berusaha bangkit pasca pandemi COVID-19 kini dihantam berbagai masalah.
"Beberapa negara kalau kondisi awalnya tidak kuat, apalagi sesudah dua tahun dihadapkan pada pandemi, ketidakuatan itu dilihat dari berbagai faktor. Pertama, neraca pembayarannya, yaitu apakah trade account, capital account, dan cadangan devisa negara tersebut memadai dampaknya kepada nilai tukar," kata Sri Mulyani.
Ketahanan ekonomi tiap negara berbeda-beda. Kontraksi ekonomi yang disebabkan pandemi selama dua tahun belakangan seperti uji coba ketahanan tersebut.
"Jadi kalau mereka mengalami kontraksi akibat pandemi dan belum pulih, ditambah dengan kemudian inflasi yang sekarang terjadi, ini akan makin menimbulkan kompleksitas suatu negara," kata dia.
Selain itu, kebijakan moneter dan kondisi fiskal suatu negara ditambah utang pemerintah dan swasta serta kemampuan mereka memenuhi utang jadi pertimbangan tersendiri.
Baca Juga: 4 Fakta Super App, Bakal Gantikan Ribuan Aplikasi Pemerintah yang Tak Efisien
Dengan indikator-indikator yang disebut di atas, Sri Mulyani menganggap, ekonomi Indonesia saat ini cukup baik. Bloomberg menyebut, risiko resesi Indonesia hanya 3 persen.
Jauh lebih baik dengan negara-negara yang kini tengah berkutat dengan tekanan ekonomi, seperti Turki, Argentina atau bahkan Amerika Serikat.