Indonesia Waspada Ancaman Ekonomi di Asia Tenggara, Pakar: Ingat Awal Mula Krisis 1998!

M Nurhadi Suara.Com
Kamis, 14 Juli 2022 | 09:46 WIB
Indonesia Waspada Ancaman Ekonomi di Asia Tenggara, Pakar: Ingat Awal Mula Krisis 1998!
Polisi menggunakan gas air mata dan meriam air untuk membubarkan demonstran di dekat kediaman presiden saat berunjuk rasa menuntut pengunduran diri Presiden Gotabaya Rajapaksa, di Kolombo, Sri Lanka, 8 Juli 2022. (ANTARA/Reuters/Dinuka Liyanawatte/as)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Pakar ekonomi Dzulfian Syafrian mewanti-wanti pemerintah agar segera memperkuat ekonomi negara usai ramainya negara-negara yang terancam bangkrut akibat goncangan ekonomi global, hingga berdampak pada negara tetangga seperti Myanmar dan Laos.

"Sehebat apapun kita membangun perekonomian domestik, tetapi imunitas eksternalnya lemah, maka sama saja bohong. Karena badai eksternal dengan mudah bisa menerjang kita kapanpun," ujarnya.

Tidak hanya itu, untuk jangka pendek pemerintah harus segera melakukan mitigasi risiko dengan menganalisis interkoneksi perekonomian dengan negara-negara tersebut, termasuk melalui negara-negara tetangga yang menjadi perantara.

"Ingat, krisis tahun 1998 menjalarnya dari Thailand sebelum ke Indonesia," ujar dia.

Baca Juga: Tak Berdaya di Semifinal, Sosial Media Federasi Sepakbola Vietnam dan Thailand Digeruduk Warganet: Tukang Drama

“’Vaksin paling ampuhnya adalah memperbesar cadangan devisa negara,” kata Pengamat ekonomi Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Dzulfian Syafrian, Rabu (14/7/2022).

Dengan rasio cadangan devisa terhadap impor dan utang luar negeri yang masih minim, menurut dia, Indonesia masih jauh tertinggal dibanding dengan negara-negara tetangga.

Ia juga berharap, tidak ada salah tata kelola perekonomian baik domestik maupun eksternal yang berpotensi menjadi faktor potensial sebuah negara mengalami kebangkrutan.

Sehingga, pelajaran yang dapat dipetik dari krisis ekonomi di Sri Lanka adalah pemerintah harus ekstra hati-hati untuk mengelola utang, khususnya utang luar negeri, serta pemerintah juga harus selektif dalam memilih proyek-proyek "strategis" atau mercusuar.

"Alih-alih untuk mendukung perekonomian, yang ada justru malah menjadi beban jika mengabaikan aspek perhitungan dan perencanaan matang," pungkasnya.

Baca Juga: Kena Karma, Vietnam dan Thailand Gagal ke Final Piala AFF U-19

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI