Peneliti: Pembatasan BBM Subsidi dengan Data Rumah Tangga Bantu Masyarakat Bergaji UMR

M Nurhadi Suara.Com
Rabu, 13 Juli 2022 | 09:00 WIB
Peneliti: Pembatasan BBM Subsidi dengan Data Rumah Tangga Bantu Masyarakat Bergaji UMR
Petugas mengisi bahan bakar minyak (BBM) jenis Pertalite ke sepeda motor di SPBU Coco Kuningan, Jakarta, Rabu (30/3/2022). [Suara.com/Alfian Winanto]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Kebijakan pembatasan BBM subsidi berbasis data rumah tangga didukung penuh Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Abra T.G Talattov karena lebih efektif dan tepat sasaran di masa depan.

"Dengan melihat kemampuan ekonomi, penghasilan atau pengeluaran dari masing-masing rumah tangga," ujar Abra.

Pria yang menjabat Head of Center of Food, Energy and Sustanaible Development INDEF itu mengatakan, program ini lebih efektif, tepat sasaran dan potensi penghematan konsumsi jauh lebih besar dibandingkan hanya berbasis kendaraan.

Berkat sistem ini, ia mengatakan, masyarakat yang penghasilannya mepet diatas UMR masih dapat membeli BBM bersubsidi.

Baca Juga: Itung-itungan Menko Luhut: Subsidi Satu Mobil Capai Rp19,2 Juta per Tahun dan Rp3,7 Juta per Motor

Ditambah lagi, subsidi dapat tepat sasaran ke rumah tangga layaknya bantuan perlindungan sosial lain seperti Program Keluarga Harapan (PKH), Bantuan Langsung Tunai (BLT) dan Kartu Sembako.

"Itu akan jauh lebih efektif dan menghindari terjadinya kebocoran," ujar Abra dikutip dari Antara.

Meski begitu, ia mengakui, tidak mudah menerapkan sistem ini dan membutuhkan waktu jangka panjang untuk proses eksekusinya.

Pemerintah perlu menyiapkan data, melakukan sinkronisasi data hingga menyiapkan mekanisme penyaluran. Sehingga, menurut dia, alasan inilah yang belum membuat pemerintah mengambil opsi ini.

"Apabila mau diberlakukan tahun ini akan sulit," ujar Abra.

Baca Juga: Siap-siap, Warga Kota dan Kabupaten Tegal Harus Daftar Dulu di Website MyPertamina untuk Beli BBM Subsidi

Sehingga Abra mengaku cukup lega dengan adanya solusi alternatif pembatasan pembelian BBM bersubsidi berbasis kendaraan melalui MyPertamina.

Untuk sementara, cara ini sangat mungkin dilakukan dalam jangka waktu singkat, karena berbasis kapasitas mesin kendaraan.

Abra berharap program yang mulai berjalan ini dapat mengendalikan distribusi subsidi yang sudah mendesak karena disparitas harga BBM subsidi dengan non subsidi yang semakin besar.

Saat ini, peralihan konsumen dari BBM non subsidi ke BBM subsidi sudah terjadi beberapa bulan terakhir. Pihaknya mencatat periode Maret- April 2022 terjadi peningkatan volume penjualan solar bersubsidi sebesar 7 persen. Lalu, pada periode yang sama volume penjualan pertalite meningkat sebesar 13,8 persen.

"Jadi, kedua produk ini membuktikan bahwa terjadi shifting konsumen dari non subsidi ke subsidi," ujar Abra.

Meski demikian, Abra juga mengingatkan masih adanya potensi ketidakefektifan dalam mengurangi kuota penjualan dari penerapan pengendalian BBM subsidi berbasis data kendaraan ini.

"Masyarakat yang memiliki roda empat dengan CC (kapasitas mesin) di bawah 1.500, dia bisa menikmati subsidi yang jauh lebih banyak dibandingkan kendaraan roda dua. Terus, kalau mereka punya dua kendaraan, mereka juga bisa membeli BBM subsidi," pungkas Abra.

Sebelumnya, Direktur Utama Pertamina Patra Niaga Alfian Nasution mengatakan masyarakat yang merasa berhak menggunakan pertalite dan solar subsidi dapat mendaftarkan datanya melalui laman MyPertamina mulai 1 Juli 2022.

Ia mengatakan aturan ini berlandaskan pada Peraturan Presiden Nomor 191 Tahun 2014 dan Surat Keputusan (SK) BPH Migas Nomor 4 Tahun 2020 yang bertujuan agar penyaluran BBM bersubsidi tepat sasaran.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI