Suara.com - Harga emas dunia anjlok ke level terendah selama 9 bulan pada perdagangan hari Selasa. Penurunan ini imbas dari penguatan dolar dan spekulasi kenaikan suku bunga.
Mengutip CNBC, Rabu (13/7/2022) harga emas di pasar spot turun 0,5 persen menjadi USD1.724,80 per ounce, sementara emas berjangka Amerika Serikat ditutup melemah 0,4 persen menjadi USD1.724,8.
"Peralihan besar-besaran ke dolar (oleh investor) dan antisipasi suku bunga bergerak lebih tinggi, karena inflasi terus memanas, menekan emas," kata Daniel Pavilonis, analis RJO Futures.
Indeks Dolar (Indeks DXY) melayang di dekat puncak 20 tahun, memperkuat statusnya sebagai safe-haven pilihan di tengah meningkatnya risiko resesi, sementara membuat emas lebih mahal bagi pembeli yang memegang mata uang lainnya.
Baca Juga: Viral Kisah Pemilik Rumah Emas Meninggal, Warganet: Dunia Hanyalah Semu
Serangkaian data Amerika, termasuk indeks harga konsumen, penjualan ritel dan output pabrik, akan memberikan gambaran sejauh mana inflasi melonjak menjelang pertemuan kebijakan Federal Reserve pekan depan.
"Data IHK yang lebih tinggi dari perkiraan (dirilis Rabu) akan membuka jalan bagi kenaikan 75 basis poin lagi oleh The Fed akhir bulan ini; skenario yang secara luas ditafsirkan sebagai katalis negatif bagi emas," kata Han Tan, Kepala Analis Exinity.
Kenaikan suku bunga meredupkan daya tarik emas dengan meningkatkan opportunity cost memegang aset yang tidak memberikan imbal hasil itu.
"Kenaikan harga emas yang signifikan atau bertahan lama terhalang tidak hanya oleh apresiasi dolar AS tetapi juga arus keluar ETF yang sedang berlangsung dan cukup kuat," kata Commerzbank.
Sementara itu harga logam lainnya perak di pasar spot menyusut hampir 1 persen menjadi USD18,90 per ounce, platinum melorot 3,2 persen menjadi USD842,07 dan paladium anjlok 6,2 persen menjadi USD2.028,16.
Baca Juga: Antam dan Hartadinata Rilis Emas Batangan Anti Pemalsuan