Suara.com - Harga minyak mentah Brent jatuh USD7 pada perdagangan hari Selasa dan menetap di bawah USD100 untuk pertama kalinya dalam tiga bulan karena penguatan dolar, pembatasan Covid-19 di importir utama China, dan meningkatnya kekhawatiran perlambatan ekonomi global.
Penurunan tajam itu menyusul satu bulan perdagangan yang bergejolak di mana investor melepas minyak di tengah kekhawatiran kenaikan suku bunga agresif untuk membendung inflasi bakal memacu penurunan ekonomi yang akan memukul permintaan minyak.
Mengutip CNBC, Rabu (13/7/2022) minyak mentah berjangka Brent, patokan internasional, ditutup anjlok USD7,61, atau 7,1 persen menjadi USD99,49 per barel.
Sementara itu, patokan Amerika Serikat, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate, merosot USD8,25, atau 7,9 persen menjadi USD95,84 per barel, juga level terendah dalam tiga bulan.
Baca Juga: Harga BBM Terbaru Jenis Pertalite hingga Pertamax Dex Dampak Dari Kenaikan Harga Minyak Dunia
Sejak mencapai puncaknya tahun ini pada Maret lalu, Brent merosot 29 persen, sementara WTI tergelincir 27 persen.
Harga minyak menghadapi tekanan ekstrem "karena postur defensif berlanjut dengan sentimen konsumen masih dalam pola tertekan seiring dengan munculnya kembali Covid di China," kata Dennis Kissler, Senior Vice President BOK Financial.
Indeks Dolar (Indeks DXY), yang mengukur greenback terhadap sekeranjang enam mata uang utama, juga menguat pada awal sesi ke 108,56, level tertinggi sejak Oktober 2002.
Minyak umumnya dihargai dalam dolar AS, sehingga apresiasi greenback membuat komoditas itu lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya. Investor juga cenderung melihat dolar sebagai safe-haven selama volatilitas pasar.
Kekhawatiran resesi juga memaksa investor untuk membuang derivatif terkait minyak pada salah satu tingkat tercepat di era pandemi.
Baca Juga: Harga Minyak Ditutup Bervariasi, WTI Tergelincir 0,7 Persen
Sejumlah hedge fund dan money manager lainnya menjual setara dengan 110 juta barel dalam enam kontrak berjangka dan opsi terkait dalam seminggu hingga 5 Juli.
Sementara, open interest di bursa berjangka New York Mercantile Exchange (NYMEX) jatuh pada 7 Juli ke level terendah sejak Oktober 2015.
Volatilitas close-to-close pada Brent dan WTI berada di level tertinggi sejak awal April. Likuiditas yang lebih rendah biasanya menghasilkan pasar yang lebih bergejolak.
Pembatasan perjalanan Covid-19 di China juga membebani harga minyak, dengan beberapa kota mengadopsi pembatasan yang baru, mulai dari penutupan bisnis hingga penguncian yang lebih luas, dalam upaya untuk mengendalikan infeksi dari subvarian virus tersebut yang sangat menular.