Perjuangan Jokowi Bertemu Putin dan Zelensky Atasi Krisis Pangan untuk Rakyat di Banyak Negara

Iwan Supriyatna Suara.Com
Jum'at, 08 Juli 2022 | 14:59 WIB
Perjuangan Jokowi Bertemu Putin dan Zelensky Atasi Krisis Pangan untuk Rakyat di Banyak Negara
Presiden Jokowi saat menyampaikan pernyataan pers di Istana Merdeka, Jakarta, Senin (30/5/2022). (BPMI Setpres)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Senada dengan Daniel Johan, Pengamat Pertanian dan Pangan Wayan Supadno menuturkan, keputusan Presiden Jokowi bertemu dengan pimpinan negara-negara dunia di KTT G7 di Jerman dan bertemu dengan Presiden Zelenskyy dan Putin menunjukkan ciri khas orang Indonesia, yakni memiliki nilai-nilai kemanusiaan yang tinggi.

“Harus memang begitu dan itu ciri khas orang Indonesia, artinya agar dunia tau bahwa Indonesia ini warganya itu punya nilai kemanusiaan yang tinggi, punya kepedulian terhadap kemanusian. Kalau sudah kemanusiaan maka kepedulian antar bangsa,” kata Wayan.

Wayan pun optimis Indonesia tidak akan mengalami krisis pangan karena memiliki devisa yang cukup mendukung, yakni stok CPO Sawit yang cukup besar dan siap diekspor ke negara luar. Tetapi, Wayan mengiyakan jika Indonesia akan mengalami lonjakan harga pangan, karena kebutuhan produksi seperti pupuk dan pestisida masih diimpor dari Rusia dan Ukraina.

“Krisis pangan tak mungkin terjadi, tapi kalau terjadi lonjakan harga pangan itu pasti, kalau krisis tidak. Namun hal ini akan terjadi tergantung kecepatan pemerintah untuk mengekspor CPO supaya cadangan devisa banyak dan cadangan devisa kita harus sehat. Kita harus tau diri bahwa pangan kita itu sekitar Rp 300 triliun impor, sebanyak itu baik pangan maupun sarana produksinya, nah kita harus siapkan devisanya,” ujarnya.

“Kalau pangan di Indonesia harganya naik untuk komuditas tertentu pasti, karena kita harus impor, misalkan pupuk dan pestisida kita harus impor untuk mendongkrak harga produksi pangan kita. Jadi harga pupuk kimia itu melonjak akibat perang Rusia-Ukraina dan pangan menjadi mahal karena keadaan. Kita harus perkuat devisa dengan perbanyak mengekspor CPO yang sedang parkir sebanyak 6,1 juta ton, atau itu setara dengan Rp 135 triliun devisa kita,” tutupnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI