Efek Kurs Rupiah ke Rp15.000, Impor Naik Sampai Konsumsi Rumah Tangga Turun

M Nurhadi Suara.Com
Rabu, 06 Juli 2022 | 17:05 WIB
Efek Kurs Rupiah ke Rp15.000, Impor Naik Sampai Konsumsi Rumah Tangga Turun
Suasana penukaran mata uang asing di sebuah money changer di Jakarta
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Kurs rupiah tembus Rp15.000 per dolar Amerika, Rabu (6/7/2022). Efek kurs rupiah ke Rp15.000 cukup memukul perekonomian Indonesia. Kurs ini melemah dibandingkan posisi sebelumnya di angka Rp14.972 per dolar Amerika. 

Melansir sejumlah sumber, kurs yang melemah ini akan memberi efek pada sejumlah lini industri, terutama yang mengandalkan bahan baku impor.  Biaya impor akan naik sebagai efek kurs rupiah ke Rp15.000 per dolar Amerika. Biaya impor ini akan berpengaruh pada biaya produksi sebuah barang yang harus dibebankan kepada konsumen. Di samping itu, sektor industri juga harus menanggung biaya bunga utang luar negeri yang naik. 

Efek kurs rupiah ke Rp15.000 ini tidak hanya mempengaruhi sektor industri. Di sektor rumah tangga, kelompok menengah ke bawah akan mengurangi konsumsi barang-barang sekunder dan tersier.

Harga barang yang naik signifikan membuat kelas ekonomi menengah juga rawan jatuh ke dalam kelompok miskin. Bagi para pedagang, penghentian konsumsi ini bisa saja menghambat pemulihan ekonomi setelah Pandemi Covid-19 mulai mereda. 

Baca Juga: Hari Ini Mata Uang Garuda Keok Lagi, Ditutup Nyaris Tembus Rp15.000

Sektor investasi diperkirakan akan melemah lantaran para investor mencermati risiko kenaikan ferd red terhadap Indonesia. Ferd red merupakan suku bunga antarbank sebagai biaya pinjam-meminjam cadangan bank (bank reserves) yang ditempatkan oleh perbankan umum pada bank sentral Amerika dalam durasi semalam atau overnight. 

Investor yang mencermati risiko kenaikan fed rate di Indonesia cenderung memilih menjual aset berisiko tinggi. Apalagi, Bank Indonesia (BI) masih menahan suku bunga acuan yang mengakibatkan risikonya naik di pasaran. Kondisi likuiditas di dalam negeri bisa mengetat apabila pelemahan kurs terus terjadi. Karena pelemahan kurs menunjukkan adanya tekanan arus modal asing yang keluar.

Ekonom senior Mirae Asset Sekuritas Rully Arya menyampaikan, pelemahan rupiah memang lebih banyak disebabkan tekanan yang berasal dari global.

"Pelemahan rupiah karena flight to safe haven assets (pergerakan ke aset aman), terutama dolar dan obligasi AS," ujar Rully.

Indeks dolar, yang terus mengawasi greenback terhadap enam mata uang utama lainnya melonjak 1,5 persen menjadi di atas 106,5 poin, tertinggi sejak Desember 2002.

Baca Juga: Perempuan Bongkar Celengan yang Ditabung Sejak SD, Pas Dibuka Isinya Bak Harta Karun!

Reli dolar AS sebelumnya mengalami pemberhentian sejak November tahun lalu karena taruhan kenaikan suku bunga agresif oleh bank sentral AS, Federal Reserve. Rincian pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) pada Juni akan keluar pada Rabu besok waktu setempat.

Kontributor : Nadia Lutfiana Mawarni

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI