Suara.com - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat pada Rabu sore (6/7/2022) ditutup melemah.
Melansir Jakarta Interbank Spot Dollar Rate Bank Indonesia, tercatat nilai tukar rupiah di level Rp15.015 per dolar AS.
Direktur Center of Economic and Law Studies Bhima Yudhistira mengatakan rupiah masih dibayangi sentimen negatif yang berasal dari sisi eksternal, salah satunya risiko kenaikan suku bunga acuan The Federal Reserve (The Fed).
"Investor memang mencermati risiko kenaikan Fed rate terhadap Indonesia sehingga melakukan penjualan aset berisiko tinggi," kata Bhima saat dihubungi suara.com, Rabu (6/7/2022).
Baca Juga: Kurs Rupiah Tembus Rp15.000 Terhadap Dolar AS, Berpotensi Makin Ambyar?
Selain itu data inflasi Juni yang cukup tinggi sejak 2017 menjadi kekhawatiran risiko stagflasi. Apalagi BI masih menahan suku bunga tentu risk nya akan naik di market.
"Kondisi likuiditas didalam negeri bisa mengetat apabila pelemahan kurs terus terjadi. Karena pelemahan kurs menunjukkan adanya tekanan arus modal asing yang keluar," katanya.
Bhima menuturkan sikap Bank Indonesia yang masih juga menahan suku bunga acuan menjadi salah satu penyebab terus melemahnya nilai tukar mata uang Garuda.
"Ditahannya suku bunga acuan membuat spread imbal hasil US Treasury dengan surat utang SBN semakin menyempit. Idealnya suku bunga sudah naik 50 basis poin sejak Fed lakukan kenaikan secara agresif," katanya.
Bhima pun memprediksi rupiah secara psikologis berisiko melemah ke 15.500-16.000 dalam waktu dekat. "Tekanan akan terus berlanjut dan tergantung dari respon kebijakan moneter," katanya.
Baca Juga: Rupiah Nyaris Tembus Rp15 Ribu Per Dolar AS, Ini Dampak yang Bakal Muncul