Suara.com - Inflasi di Turki meroket hingga 78% pada Selasa (5/7/2022). Inflasi ini menjadi yang tertinggi di negara tersebut dalam dua dekade terakhir. Inflasi Turki dan dampaknya ke harga barang-barang cukup signifikan.
Padahal, inflasi menjadi prediksi jelas yang diprediksi para ekonom. Di bulan lalu, inflasi Turki bahkan sudah mencapai 73% di mana mata uang lira jeblok hingga 20%, sekaligus menjadi mata uang dengan nilai tukar terburuk di dunia.
Inflasi Turki bukan tanpa sebab. Kenaikan harga pangan di negara tersebut adalah salah satunya. Di samping itu, kenaikan juga terjadi di sektor energi dan bahan bakar minyak. Pasokan energi ini menipis setelah negara-negara Eropa tak mau lagi mengandalkan kebutuhan energi mereka di tangan Rusia sebagai wujud boikot atas kejahatan perang terhadap Ukraina.
Inflasi ini memberi dampak terhadap harga barang-barang Turki yang bisa terjun bebas di seluruh dunia. Sebagai contoh, situs konversi mata uang dunia xe.com menyebutkan pada Selasa bahwa satu lira hanya senilai Rp887.
Baca Juga: Ekonom Sebut Kenaikan Inflasi Masih Wajar, Beberkan Penyebabnya
Dengan demikian jika kamu ingin membeli sebuah kosmetik mahal berharga 50 lira, itu artinya kamu hanya perlu menukarkan uang Rp44.350.
Konsensus ekonomi menetapkan bahwa menaikkan suku bunga dinilai mampu menurunkan inflasi dan membantu mata uang terapresiasi. Namun, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan telah lama berpendapat sebaliknya, dan Bank Sentral justru memangkas suku bunga beberapa kali tahun lalu sesuai dengan gagasan yang mereka percaya.
Pada Januari lalu, Bank Sentral mengatakan tidak akan memangkas suku bunga lebih lanjut tetapi masih menahan diri untuk tidak menaikkannya.
BBC menuliskan masyarakat Turki menghabiskan sebagian besar anggaran rumah tangga hanya untuk kebutuhan pokok seperti makanan dan transportasi. Mereka bahkan tidak lagi membeli produk-produk hiburan.
Para ekonom menyebutkan banyak bank sentral di dunia akan menaikkan suku bunga untuk mengerem inflasi. Namun, Turki enggan melakukannya. Presiden Recep Tayyip Erdogan menyatakan sebagai muslim, agama yang dia dan mayoritas warga Turki anut, mereka tidak akan mendukung kenaikan suku bunga. Bunga menjadi riba dan disebut sebagai sumber dari segala kejahatan.
Baca Juga: Harga Sembako Naik Sebulan Terakhir, Malaysia Bentuk Satgas Jihad Melawan Inflasi
Kontributor : Nadia Lutfiana Mawarni