Suara.com - Harga minyak dunia anjlok sekitar 3 persen pada perdagangan Kamis, setelah OPEC Plus mengkonfirmasi hanya akan meningkatkan output pada Agustus sebanyak yang diumumkan sebelumnya.
Mengutip CNBC, Jumat (1/7/2022) minyak mentah berjangka Brent untuk kontrak pengiriman September, patokan internasional, ditutup merosot USD3,42, atau 3 persen menjadi USD109,03 per barel.
Kontrak Agustus, yang berakhir pada Kamis, melorot USD1,45, atau 1,3 persen menjadi menetap di posisi USD114,81 per barel.
Sementara itu, patokan Amerika Serikat, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI), menyusut USD4,02, atau 3,7 persen menjadi USD105,76 per barel.
Baca Juga: Stok BBM AS Meningkat Harga Minyak Dunia Anjlok 2 Persen
Kelompok produsen OPEC Plus, termasuk Rusia, pada Kamis sepakat untuk tetap pada strategi produksinya setelah dua hari menggelar pertemuan. Kelompok produsen itu menghindari membahas kebijakan mulai September dan seterusnya.
Sebelumnya, OPEC Plus memutuskan untuk meningkatkan output setiap bulan sebesar 648.000 barel per hari (bph) pada Juli dan Agustus.
Sanksi terhadap minyak Rusia sejak invasi Moskow ke Ukraina membantu membuat harga energi melonjak, memicu kekhawatiran inflasi dan resesi.
Harga minyak jatuh bersama Wall Street, Kamis. S&P 500 ditetapkan untuk mencatat enam bulan pertama terburuk sejak 1970, di tengah kekhawatiran bahwa bank sentral yang bertekad untuk menjinakkan inflasi akan menghambat pertumbuhan ekonomi global.
Penurunan harga di pasar minyak diperburuk karena para trader Amerika menyesuaikan posisi menjelang long weekend 4 Juli.
Baca Juga: BBM Dalam Negeri Tetap Murah Meski Harga Minyak Naik, DPR: Subsidi Untuk Warga Kurang Mampu
Tetapi gangguan lebih lanjut pada pasokan dapat membatasi penurunan harga di tengah penangguhan pengiriman Libya dari dua pelabuhan timur, sementara produksi Ekuador merosot akibat aksi demonstrasi yang sedang berlangsung.
Di Norwegia, 74 pekerja minyak lepas pantai di platform Gudrun milik Equinor, di Oseberg South dan Oseberg East, akan melakukan aksi mogok mulai 5 Juli, tutur serikat pekerja Lederne, Kamis, kemungkinan menutup sekitar 4 persen dari produksi minyak Norwegia.
Sementara itu Wakil Perdana Menteri Rusia Alexander Novak mengatakan rencana pembatasan harga impor yang dikenakan pada minyak Rusia dapat mendorong harga lebih tinggi.