Suara.com - Hingga saat ini pemerintah belum juga melakukan pencairan Penyertaan Modal Negara (PMN) senilai Rp7,5 triliun bagi PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA). PMN ini rencananya akan digunakan Garuda Indonesia untuk menyelamatkan keuangan mereka yang sedang diujung tanduk akibat utang yang menumpuk.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati beralasan belum cairnya PMN bagi perusahaan penerbangan plat merah tersebut dikarenakan masih menunggu rencana skenario lanjutan yang akan dilakukan Kementerian BUMN, setelah Garuda Indonesia dinyatakan menang dalam voting Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU).
"Sekarang dengan hasil PKPU dan kemudian bagaimana desain penyehatan Garuda. Dengan hasil itu pemerintah nanti bersedia masuk dengan PMN (Penyertaan Modal Negara). Angkanya Rp7,5 triliun itu yang 2021, itu yang angka kita indikasikan. Tapi kan saya belum lihat skenarionya sesudah PKPU," ucap Sri Mulyani di Kompleks Parlemen, Jakarta, Kamis (30/6/2022).
Diketahui, PT Garuda Indonesia telah menyelesaikan tahapan pemungutan suara atau voting dalam proses Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang atau PKPU pada Jumat (17/6/2022) lalu.
Baca Juga: Pusing Anggaran Subsidi Energi Bengkak, Sri Mulyani Pikir-pikir Naikkan Harga BBM
Menteri Badan Usaha Milik Negara Erick Thohir menyampaikan, proses ini menjadi penentu kesepakatan perdamaian (homologasi) antara Garuda dengan kreditur.
"Hari ini adalah momen penting bagi kami, karena salah satu BUMN yang menjadi entitas kebanggan bangsa, Garuda Indonesia, telah menyelesaikan pemungutan suara dalam proses PKPU," ujar Erick.
Mantan Bos Klub Inter Milan ini, bersyukur voting ini mendapatkan respons positif dari mayoritas kreditur yang ikut serta dalam proses PKPU.
Berdasarkan hasil rekapitulasi voting, lanjut Erick, Garuda dapat mencapai threshold suara yang menjadi syarat homologasi. Dia menyebut hasil ini tak lepas dari kerja keras dan dukungan banyak pihak, baik internal maupun eksternal.
"Proyeksi positif yang kami terima hari ini tidak terlepas dari hasil kerja keras seluruh jajaran manajemen, karyawan, serta tim konsultan pendamping yang lebih dari tujuh bulan menjalin komunikasi intensif dengan para kreditur. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada para kreditur yang telah mendukung Garuda hingga ke titik ini," imbuh Erick.
Baca Juga: Sri Mulyani: Anggaran Subsidi Energi Sebesar Rp520 Triliun Lebih Banyak Dinikmati Orang Kaya
Dia menambahkan, Garuda Indonesia berkomitmen menjalankan misi menjadi platform penggerak ekonomi bangsa dan melalui peran esensialnya sebagai penyedia akses konektivitas bagi aktivitas ekonomi, pariwisata hingga sosial dan budaya bagi masyarakat Indonesia.
"Perkembangan positif ini datang di momentum yang tepat, saat dunia telah mulai bangkit dan beradaptasi dengan pandemi, ekonomi hidup kembali dan orang-orang mulai bepergian. Dengan terus bekerja sama dan saling mendukung, ke depannya kita dapat menantikan Garuda terbang lebih tinggi," beber dia.
Sebelumnya, kreditur PT Garuda Indonesia akhirnya menyetujui proposal perdamaian yang diajukan manajemen. Sebanyak 97,46 persen kreditur sepakat dengan penawaran maskapai pelat merah itu.
Direktur Utama Garuda Indonesia, Irfan Setiaputra mengatakan, dengan hasil pemungutan suara atau voting tersebut membuktikan kreditur masih percaya atas kinerja perseroan ke depan.
"Kami sangat memahami bahwa ada yang tidak setuju dengan proposal kami. Kami berkomitmen dengan yang sampaikan di proposal perdamaian," ucap Irfan.