Suara.com - Korea Utara (Korut) jadi negara urutan pertama dengan aksi kejahatan siber khususnya yang menyasar kripto dengan kerugian diperkirakan mencapai 1,59 milyar dolar AS atau sekitar Rp22,2 triliun.
PBB bahkan menuduh Korut sebagai pihak yang bertanggung jawab atas penggunaan aset kripto untuk mendukung program nuklir negara itu.
Mengutip laporan Finbold, Korut diklaim bertanggung jawab atas aksi ribuan hacker yang menguntungkan mereka. Mereka berada di atas AS, Rusia, Tiongkok dan Inggris sebagai lima negara dengan aksi kejahatan siber terbanyak.
Coinhub melaporkan, kejahatan itu berasal dari berbagai aksi penipuan tingkat tinggi yang menyerang berbagai negara, termasuk AS.
Baca Juga: Trader Senior Sebut Bitcoin Tak Layak Disebut Investasi: Lebih Mirip Aset Spekulasi
Meski menduduki peringkat pertama sebagai asal kejahatan siber dunia, Korea Utara kalah dari China dan AS yang merugikan sejumlah pihak hingga 2 miliar dolar AS.
China jadi negara paling atas sebagai asal pelaku kejahatan kripto dengan menyumbang 18 persen dari total kejahatan siber dunia.
Meski diperkirakan memiliki berbagai motivasi yang berbeda, aksi kejahatan siber dari lima negara itu memiliki kesamaan yakni kurang memahami kerja blockchain.
Namun demikian, jumlah kerugian yang disebabkan sekelompok pelaku kejahatan yang menyasar siber di atas ternyata belum sebesar aksi kejahatan dunia yang diperkirakan
Meski angka-angka di atas tampak besar, tetapi sesungguhnya nilai tersebut masih bisa disebut “kecil” jika dibandingkan dengan persentase aktivitas kriminal dunia.mencapai 2 hingga 5 persen dari PDB dunia.
Baca Juga: Korut Dilanda Pandemi Covid-19 Dan Ancaman Banjir, Kim Jong Un Gelar Rapat Mendadak