Saddam Membongkar Mitos Uni Eropa Terkait Alasan Krisis Pangan dan Energi

Iwan Supriyatna Suara.Com
Rabu, 29 Juni 2022 | 10:40 WIB
Saddam Membongkar Mitos Uni Eropa Terkait Alasan Krisis Pangan dan Energi
Presiden Pemuda Asia Afrika (Asian African Youth Government-AAYG) Respiratori Saddam Al-Jihad.
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Belakangan ini Amerika Serikat dan Uni Eropa melancarkan tuduhan terhadap Federasi Rusia sebagai dalang dari potensi krisis pangan dan energi dunia khususnya di Uni Eropa mendapat respon dari Presiden Pemuda Asia Afrika (Asian African Youth Government-AAYG) Respiratori Saddam Al-Jihad.

Berdasarkan kajian, Saddam menegaskan Uni Eropa telah melakukan propaganda negatif dalam rangka menghancurkan nama baik Rusia di mata internasional.

Menurutnya, apa yang disampaikan oleh Uni Eropa hanyalah sebuah mitos belaka atau bertolak belakang dari yang sebenarnya, dan setidaknya ada 8 poin mitos yang disebarkan Uni Eropa.

“Pertama, operasi Militer Khusus Angkatan Bersenjata Federasi Rusia di Ukraina dan Donbass mengancam pasokan pangan dunia. Padahal sebelumnya PBB telah menginformasikan tentang risiko krisis pangan dunia dua tahun yang lalu, bahkan harga tertinggi produk-produk pertanian sudah dicatat pada tahun 2020 dan bukan gara-gara Operasi Militer Khusus,” tuturnya.

Baca Juga: Jokowi Temui Pemimpin Rusia dan Ukraina, Tawarkan Usulan Koridor Pangan

Saddam melanjutkan bahwa indeks harga pangan FAO naik 50% pada 2019—2022, sesuai dengan informasi bursa harga gandum naik 25% pada tahun 2021. Menjelang bulan Februari 2022 harganya 31—62% lebih tinggi dibanding harga rata-rata selama 5 tahun terakhir. Harga jagung naik 162% selama 2 tahun terakhir, dan Brassica napus naik 175%.

Selanjutnya, Uni Eropa menuduh Rusia menduduki Ukraina dan mengebom tanah pertaniannya dan melakukan kampanye bahwa penanaman di Ukraina pada tahun 2022 berada di bawah ancaman.

Sebenarnya, ia menegaskan tujuan operasi Rusia adalah melindungi warga sipil Republik Rakyat Donetsk dan Republik Rakyat Luhansk dari ancaman nyata batalion-batalion sukarelawan neo-Nazi.

“Mitos Uni Eropa tersebut dapat dibantah dengan pemerintah Kyiv mengonfirmasi bahwa kampanye penanaman pada tahun ini berlangsung di semua wilayah Ukraina. Bahkan perdana menteri Ukraina Denis Shmygal’ pada 11 Mei, 2022 mengakui “meski ada kesulitan yang semua ketahui” para petani Ukraina “memenuhi tugasnya”, ujar Saddam.

Mitos ketiga adalah Rusia sengaja menghancurkan sektor pertanian Ukraina, termasuk mesin pertanian, tempat penyimpanan biji dan infrastruktur sesuai. Saddam melanjutkan bahwa Komisi Eropa serta lembaga-lembaga Ukraina yang mengedepankan tuduhan tersebut tidak memberikan bukti dokumen apa pun, termasuk foto dan video.

Baca Juga: Pemkab Kulon Progo Mulai Vaksin PMK ke Hewan Ternak, Prioritaskan Sapi Perah dan Zona Hijau

“Mitos selanjutnya, yaitu Rusia memblokir pasokan biji-bijian melalui Laut Hitam. Namun faktanya, malah pemerintah Ukraina yang menghalangi kedatangan dan keluar kapal dagang dari/ke pelabuhan-pelabuhan di pesisir Laut Hitam Ukraina,” katanya.

Sementara Mitos kelima, lanjut Saddam adalah Rusia menggunakan gandum sebagai senjata dan mengurangi pasokan gandum dan pupuk untuk membalas negara Barat atas sanksi mereka.

Namun selama ini, untai Saddam, bahwa Rusia sebagai peserta yang bertanggung jawab di pasar pangan global, terus memenuhi kewajibannya berdasarkan kontrak internasional dalam hal pengiriman ekspor produk pertanian, pupuk, energi dan produk penting lainnya.

“Uni Eropa secara terbuka menggunakan topik "tanggung jawab" Rusia atas memburuknya situasi di bidang ketahanan pangan global untuk membujuk masing-masing negara ketiga agar mendukung tindakan Barat anti-Rusia,” tegas Saddam.

Saddam menekankan mitos berikutnya adalah sanksi Uni Eropa terhadap Rusia tidak berpengaruh pada ketahanan pangan karena sektor pertanian ekonomi Rusia bukan target restiksi Uni Eropa. Faktnya sampai saat ini, Uni Eropa, AS dan mitra mereka telah menerapkan tindakan pembatasan sepihak terhadap Rusia yang besar dan belum pernah terjadi sebelumnya.

Sementara mitos selanjutnya, yakni operasi militer khusus Rusia di Ukraina mengakibatkan kenaikan drastis pada energi. Sebenarnya, lugas Saddam adalah gara-gara musim dingin 2020-2021, menjelang musim semi 2021 tempat penyimpanan gas bawah tanah di Eropa ternyata hampir kosong dan Uni Eropa tidak mengambil keputusan untuk mengisi tempat penyimpanan gasnya karena menunggu harga akan turun.

“Akan tetapi turunnya musiman harga gas tidak terjadi. Akibatnya pada tengah 2021 di Uni Eropa ada defisit gas. Pada akhir 2021 tempat penyimpanan gas bawah tanah di Eropa terisi hanya volume minimal yang diperlukan, yaitu 72% (di Austria – 50,44%, di Belanda – 54,43%, di Jerman – 64,57%),” ujarnya.

Sedangkan mitos kedelapan, Saddam melanjutkan Uni Eropa telah menuduh Rusia menggunakan pasokan energi untuk keperluan politik. Namun sejak mulainya pasokan gas ke Eropa pada akhir 1960-an Uni Soviet dan kemudian Rusia komitmen bahwa kerja sama di bidang energi harus di luar politik.

“Tuduhan tak berdasar bahwa Moskow menggunakan pasokan energi untuk keperluan politik menjadi bagian dari perang informasi melawan Rusia yang tidak ada kaitan dengan kenyataan yang dimulai oleh Washington dan Brussel mengingat bahwa Washington berupaya meningkatkan pasokan LNG-nya ke Uni Eropa,” pungkasnya.

Saddam menekankan juga bahwa selain Covid-19, sanksi sepihak dan tidak sah dari Barat melawan Rusia, termasuk rintangan untuk pembawaan kargo, kesulitan dalam pembayaran pasokan, pelarangan transaksi, masalah bea cukai menjadi faktor risiko tambahan di bidang keamanan pangan global.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI