Suara.com - Bearish pasar kripto yang belakangan ini terjadi dianggap yang paling parah sepanjang masa. Dampaknya, investor ramai-ramai lepas aset Bitcoin (BTC) dan Ether (ETH) meski harus merugi.
Analisa blockchain Glassnode mengatakan, BTC dan Ether (ETH) diperdagangkan pada harga di bawah all-time high sebelumnya untuk pertama kali.
Kondisi ini diperparah dengan penyimpangan negatif dari realized price sehingga investor yang membeli BTC dan ETH antara tahun 2021 dan 2022 saat ini masih dalam kondisi rugi.
Dalam laporannya, media itu mengatakan, tren bearish pertama kali ditunjukkan dengan harga BTC yang merosot di bawah 200-day moving average dan 200-week MA. BTC diperdagangkan pada setengah harga level 200-day MA
Baca Juga: Uniswap dan Token DeFi Lainnya Menunjukkan Tanda Pemulihan
Selain itu, harga spot BTC yang berada di bawah realized price turut berdampak pada perdagangan kripto. Peristiwa ini baru lima kali terjadi sejak awal ppasar Bitcoin diluncurkan.
Harga Bitcoin yang sempat berada di bawah 20 ribu dolar AS membuat investor merugi hingga 4,234 milyar dolar AS. Tidak berbeda dengan Ethereum yang mengalami penurunan akibat keruntuhan DeFI sejak tahun lalu.
Harga ETH berada 63 persen di bawah 200-day MA, dan Mayer Multiple mencapai 0,37 di bawah standar deviasi 0,6 MM. ETH diperdagangkan di bawah 0,6 MM hanya selama 29 hari, sedangkan saat pasar bearish 2018 ETH bertahan 187 hari di rentang ini.
“Kondisi pasar saat ini adalah paling penting di riwayat kripto, baik dari segi keparahan, kedalaman dan besarnya arus modal serta kerugian yang dialami investor,” tulis Glassnode dikutip dari Blockchain Media.
Baca Juga: Lima Langkah Aman Beli Aset Kripto Menurut Bappebti