Ketiga, permasalahan minimnya mentorship yang membimbing IKM dalam produksi, manajemen, kontrol kualitas, dan proses manufaktur lainnya.
Menperin berharap pelaku IKM dapat memanfaatkan kegiatan forum yang akan diselenggarakan Senin (27/6) untuk melakukan pendalaman, menjelajahi peluang, dan membangun kerja sama dengan perusahaan-perusahaan otomotif asal Jepang.
Terakhir, masalah keterhubungan IKM dengan sektor otomotif di negara lain. Persoalan ini akan dicari pemecahannya melalui forum bisnis tersebut, yang difasilitasi oleh Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Tokyo dan melibatkan delegasi bisnis IKM komponen otomotif yang tergabung dalam PIKKO.
Ia menambahkan bisnis otomotif Jepang di negara-negara lain, khususnya di ASEAN, juga memberikan peluang bisnis yang lebih besar untuk komponen kendaraan yang murah, namun berkualitas tinggi.
"Saya berharap para pelaku IKM komponen otomotif dapat menjajaki peluang untuk menjadi bagian dari supply chain autoparts mobil Jepang untuk negara-negara tersebut," ujar Menperin Agus dikutip dari Antara.
Terpisah, Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh RI untuk Jepang Heri Akhmadi menyebutkan forum tersebut untuk mendorong peran IKM komponen otomotif agar dapat memperlihatkan kemampuan dalam rantai pasok.
Terkait program Kemenperin untuk meningkatkan daya saing IKM komponen otomotif, Ketua Umum PIKKO Rosalina Faried menyatakan IKM yang mengikutinya telah naik kelas menjadi global supply chain, baik sebagai tier-2 maupun tier-3 industri otomotif.
“Program yang diberikan Kemenperin kepada IKM komponen otomotif seperti program peningkatan kapasitas SDM IKM, pembangunan sentra IKM, bisnis matching termasuk ekosistemnya, serta retrukturisasi mesin/peralatan. Yang terpenting, IKM komponen otomotif membutuhkan pengawalan dan pendamping terus menerus dari pemerintah," pungkasnya.
Baca Juga: Ford Motor Company Tetapkan Spanyol Sebagai Lokasi Pabrik Mobil Listrik