Pengusaha Diminta Waspada Bubble Burst, Uang Investor Jangan Dipakai Sembarangan

M Nurhadi Suara.Com
Jum'at, 24 Juni 2022 | 11:41 WIB
Pengusaha Diminta Waspada Bubble Burst, Uang Investor Jangan Dipakai Sembarangan
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Para pendiri perusahaan rintisan atau startup diminta waspada dengan fenomena bubble burst yang sampai sekarang masih menghantui dunia bisnis.

Founding Partner AC Venture Pandu Patria Sjahrir menuturkan, penyebab bubble burst adalah kenaikan suku bunga bank sentral AS The Federal Reserve dan mengakibatkan biaya modal naik sejak November-Desember 2021.

Hal itu lantas membuat banyak investor memindahkan asetnya dari perusahaan dengan pertumbuhan yang tinggi (high growth) dan mencari perusahaan dengan aset yang aman seperti komoditas.

"Banyak yang lari ke komoditas, juga precious metal, kepada asset class yang lain. Nah untuk perusahaan teknologi yang sangat high growth dan benefit dari low cost environment, itu mereka mengalami penurunan karena banyak investor lari," ujar Pandu, Jumat (24/6/2022).

Baca Juga: BUMN Harus Investasi ke Startup Lokal

Fenomena bubble burst menurut Investopedia.com adalah fenomena di mana kondisi bisnis cepat mengalami kenaikan namun cepat juga mengalami penurunan.

Namun, menurut pria yang juga Managing Partner di Indies Capital itu, saat ini justru menjadi waktu yang sangat menarik untuk melihat perkembangan startup, karena masih adanya pertumbuhan di sektor teknologi.

"Apa sih yang berubah selama 4-5 bulan terakhir, karena pertumbuhannya masih ada. Banyak perusahaan sektor teknologi ini. Menurut saya sangat bagus untuk melihat nilai yang ada pada sektor teknologi," kata Pandu.

Meski terlihat masih menggiurkan, Pandu juga mewanti-wanti pendiri atau founder startup bahwa investor akan lebih berhati-hati.

Investor, menurutnya, kini cenderung mencari startup yang bisa menjadi solusi permasalahan yang ada pada masyarakat dari hulu ke hilir.

Baca Juga: 20 Startup Dunia PHK Karyawan, Mulai dari Agoda Hingga Perusahaan Induk Tiktok

Dalam menghadapi bubble burst, Pandu pun memberikan tiga tips untuk pendiri startup. Pertama mereka harus benar-benar dilihat apakah bisnis mereka mampu menghasilkan omzet atau tidak.

"Ini kadang dianggap kita harus membeli pangsa pasar. Tapi yang paling penting adalah produk market fit-nya sudah pas atau belum? Jadi Anda harus bisa belajar beradaptasi yang sangat cepat untuk melihat 'Eh saya bisa gak ya menghasilkan profit dari bisnis saya sekarang ini?," ujar Pandu.

Kedua, para founder juga harus bisa membaca dari sisi sentimen investor bahwa mereka tidak hanya cari perusahaan yang tumbuh saja, namun juga mencari keuntungan.

"Bisa gak Anda untung sekarang ? Unit economic Anda bagaimana? Jadi itu juga harus dijadikan top of mind," katanya.

Terakhir, para founder jangan terus menggantungkan diri pada pendanaan dari investor. Menurut Pandu, pendiri startup harus bisa menggunakan uang yang ada untuk terus diputar dan diinvestasikan ulang untuk pertumbuhan perusahaan mereka.

"Jadi kalau sekarang misal 'Oh saya harus (dapat pendanaan) seri A, seri B, seri C. Paling enak kalau bisa dari pre-seri A eh udah bisa loncat, nanti seri B, seri C. Bahasanya skip round, sebenarnya buat para shareholder, atau owner atau founder ini juga lebih bagus karena Anda punya equity lebih banyak di perusahaan Anda. Jadi Anda actually have a very good defensible business model," pungkas Pandu.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI