Transisi Energi Hijau Bawa Berkah Bagi Sektor Pekerja, Kok Bisa?

Kamis, 23 Juni 2022 | 19:55 WIB
Transisi Energi Hijau Bawa Berkah Bagi Sektor Pekerja, Kok Bisa?
Pembicara dalam diskusi bertajuk 'Menghadapi Bonus Demografis, Meraih Peluang Karir Baru melalui Green Jobs' di kawasan Cikini Jakarta, Kamis (23/6/2022).
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Pemerintah saat ini tengah gencar melakukan transisi energi menuju era yang lebih ramah lingkungan atau hijau. Meski butuh modal besar, tetapi di balik rencana tersebut ternyata ada berkah yang bisa diambil bagi kalangan pekerja.

Periset Koaksi Indonesia Siti Koiromah mengatakan, bonus demografi yang saat ini dialami Indonesia bisa jadi peluang besar bagi para pekerja untuk menyambut transisi energi dibidang green jobs.

"70 persen penduduk kita berada di usia produktif dan ini memiliki peluang yang sangat besar," kata Siti dalam acara diskusi bertajuk 'Menghadapi Bonus Demografis, Meraih Peluang Karir Baru melalui Green Jobs' di kawasan Cikini, Jakarta pada Kamis (23/6/2022).

Siti menjelaskan, sesuai dengan namanya, green jobs merupakan jenis pekerjaan yang layak dan ramah lingkungan. Menurut International Labour Organization (ILO), green jobs menjadi lambang dari perekonomian dan masyarakat yang lebih berkelanjutan dan mampu melestarikan lingkungan, baik untuk generasi sekarang maupun untuk generasi yang akan datang.

Baca Juga: PGE Menuju Pemain Utama Energi Hijau Global

Jenis pekerjaan ini berkontribusi dalam upaya pelestarian lingkungan. Green Jobs dilatarbelakangi oleh kualitas lingkungan semakin menurun, termasuk berkurangnya sumber daya alam dan tentunya ini menjadi permasalahan serius bagi perekonomian di masa mendatang.

"Artinya, industri bisa meningkatkan daya saingnya dengan memilih yang terbaik," kata Siti.

Siti memaparkan pada 2019, estimasi tenaga kerja di subsektor energi terbarukan sebanyak 32.980 tenaga kerja langsung. Angka tersebut akan bertumbuh seiring dengan kebutuhan energi bersih di masa depan dengan angka kebutuhan tenaga kerja 770 ribu orang pada tahun 2040 dan sebesar 1,1 juta tenaga kerja pada 2050.

Siti mengungkapkan, dengan memperbanyak lapangan pekerjaan hijau sama artinya mengakselerasi ekonomi rendah karbon dan berkelanjutan yang menjadi agenda nasional terkait netralitas karbon pada 2060.

"Semakin banyak green jobs yang tercipta, maka semakin banyak pula pekerjaan yang melindungi dan memulihkan ekosistem," katanya.

Baca Juga: Sangat Senang Resmikan PLTA Poso Energy, Jokowi: Ini Energi Hijau

Sementara di tempat yang sama, Anggota Komisi IV DPR Lulu Nur Hamidah mengatakan, topik lapangan pekerjaan hijau saat ini belum begitu terlalu diangkat dalam diskusi-diskusi umum, untuk itu dirinya melalui parlemen akan membawa isu ini untuk semua lintas komisi di DPR.

"Kita kini tidak lagi berbicara tentang komisi apa yang paling punya kepentingan untuk mengawal isu ini, karena green jobs bisa dimaknai semua jenis pekerjaan yang punya kontribusi menjaga lingkungan hidup," katanya.

Lebih lanjut, ia menerangkan bahwa parlemen sedang berupaya untuk mengakselerasi kebutuhan energi dengan ketersediaan pekerja mengingat akan banyak perubahan di masa depan melalui Rancangan Undang-undang Energi Baru dan Energi Terbarukan (RUU EBET) yang telah disetujui dalam rapat paripurna.

"Kita tidak ingin melihat bagaimana dengan adanya green jobs ini banyak yang kehilangan pekerjaan, tapi justru sebaliknya makin banyak lapangan pekerjaan yang bisa dibuka," katanya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI