Suara.com - Harga minyak anjlok sekitar 3 persen pada perdagangan hari Rabu (22/6/2022), karena investor khawatir kenaikan suku bunga Federal Reserve dapat mendorong ekonomi Amerika ke dalam resesi dan mengurangi permintaan bahan bakar.
Mengutip CNBC, Kamis (23/6/2022) minyak mentah berjangka Brent ditutup anjlok USD 2,91, atau 2,5 persen menjadi USD 111,74 per barel. Patokan global mencapai sesi terendah di USD 107,03, terlemah sejak 19 Mei.
Sementara, patokan Amerika Serikat, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI), merosot USD 3,33, atau 3 persen menjadi menetap di posisi USD 106,19 per barel. Sesi terendahnya adalah USD 101,53, terlemah sejak 11 Mei.
Investor menelaah bagaimana kenaikan suku bunga yang dirancang untuk mendinginkan lonjakan inflasi dapat menghambat pemulihan ekonomi.
Baca Juga: Permintaan Tinggi, Harga Minyak Menguat Signifikan
Namun, harga minyak memangkas kerugian selama sesi tersebut setelah Chairman Fed Jerome Powell menjanjikan "fokus menyeluruh" untuk menurunkan inflasi dan menegaskan kembali bahwa kenaikan suku bunga bank sentral yang sedang berlangsung akan sesuai, dengan kecepatannya tergantung pada prospek ekonomi.
"Powell tampaknya mengubah mood pasar dengan terlihat sangat yakin tentang ekonomi Amerika," kata Phil Flynn, analis Price Futures.
"Pernyataannya menenangkan pasar dan menempatkan harga terendah untuk jangka pendek," tambahnya.
Sementara itu, Presiden Joe Biden meminta Kongres untuk meloloskan penangguhan pajak bensin federal selama tiga bulan guna membantu memerangi rekor harga BBM dan memberikan bantuan sementara bagi keluarga Amerika pada musim panas ini.
"Kendati harga yang lebih rendah sebenarnya dapat meningkatkan permintaan bahan bakar dan mendukung harga minyak mentah," analis PVM, Stephen Brennock.
Baca Juga: Menkeu: Untuk Kesiapsiagaan Pandemi, G20 Amankan 1,1 Miliar Dolar AS
Ia mengatakan trader bisa khawatir bahwa pemerintahan Biden mungkin mengambil tindakan lebih lanjut untuk mendinginkan harga energi yang tinggi.
Anggota parlemen dari kedua kubu, Demokrat dan Republik, menyatakan penolakannya untuk menangguhkan pajak bensin federal.
Gedung Putih meminta CEO tujuh perusahaan minyak untuk bertemu, Kamis, guna membahas cara-cara meningkatkan kapasitas produksi dan mengurangi harga bensin sekitar USD 5 per galon.
Biden secara terbuka mengkritik Big Oil karena meraup keuntungan besar tetapi dia jarang berbicara langsung dengan bos perusahaan energi atau perwakilan mereka, menurut catatan Gedung Putih dan wawancara dengan sumber-sumber industri.
CEO Chevron Michael Wirth mengatakan, mengkritik industri minyak bukanlah cara untuk menurunkan harga BBM dan pemerintah harus mengubah pendekatannya. Biden menjawab bahwa dia tidak menyadari bahwa para eksekutif minyak bisa "membuat perasaan mereka terluka semudah itu."