20 Startup Dunia PHK Karyawan, Mulai dari Agoda Hingga Perusahaan Induk Tiktok

M Nurhadi Suara.Com
Senin, 20 Juni 2022 | 16:59 WIB
20 Startup Dunia PHK Karyawan, Mulai dari Agoda Hingga Perusahaan Induk Tiktok
Ilustrasi. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Fenomena PHK massal yang terjadi belakangan ini ternyata melanda Indonesia juga tengah dijalani puluhan perusahaan di dunia.

PHK yang terjadi di startup dan perusahaan mapan ini kerap dianggap sebagai bubble Burst, saat perusahaan tidak lagi mampu mempertahankan aktivitas bisnis dan berdampak pada keuangan.

Melansir dari Layoff.fyi, saat ini sudah ada 808 startup melakukan PHK di seluruh dunia dan 135.302 pegawai terdampak PHK. Data tersebut dihitung sejak Maret 2020 lalu.

Data yang sama juga merincikan  perusahaan internasional yang melakukan PHK, berikut diantaranya:

Baca Juga: Nyesek! Kakek Tebang Tebu Dibayar Pakai Uang Mainan, Tuai Kecaman Warganet

Agoda (Singapura/travel) 1.500 karyawan

Uber (San Francisco/transportasi) 6.700 karyawan

Getir (Istanbul/makanan) 4.480 karyawan

Booking.com (Amsterdam/travel) 4.375 karyawan

Better.com (New York/real estate) 3.000 karyawan

Baca Juga: Manggung di Jerman Bawakan Lagu Dunia dalam Berita, Grup Qasidah Nasida Ria Sukses Bikin Bule-bule Joget Asyik

Groupon (Chicago/ritel) 2.800 karyawan

Peloton (New York/fitness) 2.800 karyawan

Carvana (Phoenix/transportasi) 2.500 karyawan

Katerra (San Francisco/konstruksi) 2.434 karyawan

Zillow (Seattle/real estate) 2.000 karyawan

Airbnb (San Francisco/travel) 1.900 karyawan

Instacart (San Francicso/makanan) 1.877 karyawan

WhiteHat Jr (Mumbai/pendidikan) 1.800 karyawan

Bytedance (Mumbai/consumer) 1.800 karyawan

Bytedance (Shanghai/consumer) 1.800 karyawan

Stone (Sao Paulo/keuangan) 1.300 karyawan

Paisa Bazaar (Gurugram/keuangan) 1.500 karyawan

Ola (Bengaluru/transportasi) 1.400 karyawan

Stitch Fix (San Francisco/ritel) 1.400 karyawan

Toast (Boston/makanan) 1.300 karyawan

Sementara, di Indonesia, sejumlah startup sudah melakukan PHK sejak satu bulan ke belakang, sebut saja LinkAja dan JD.ID.

Tren PHK menurut pakar merujuk pada tiga faktor kunci, yakni fokus bergeser ke profitabilitas atas akuisisi pelanggan dan ekspansi yang tidak terkendali, lingkungan investasi yang cenderung menurun, dan kekhawatiran resesi.

Para ahli ini juga berpendapat dalam jangka panjang, PHK justru memunculkan celah untuk menaikkan nilai valuasi. Namun, fleksibilitas tenaga kerja yang muncul akibat berkurangnya pekerjaan formal berpotensi pada pengangguran yang lebih besar. 

Sementara, Hendra Setiawan Boen, analis dan praktisi hukum restrukturisasi utang dari Kantor Frans & Setiawan mengatakan, PHK massal yang melanda startup salah satunya karena mereka kehabisan dana.

Tak hanya itu, Hendra juga menilai bahwa startup memiliki sumber dana yang tidak berkelanjutan yakni dari para investor.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI