Suara.com - Pakta Pertahanan Atlantik Utara atau aliansi NATO memprediksi perang yang terjadi di Ukraina bisa berlangsung hingga bertahun-tahun.
Alasannya, tidak lepas dari tuduhan NATO yang menyebut Rusia terus meningkatkan serangannya ke bekas wilayah Uni Soviet itu usai Uni Eropa terus menarik Ukraina untuk bergabung NATO.
Hal serupa juga disampaikan Sekretaris umum NATO, Jean Stoltenberg yang menjanjikan Ukraina untuk bisa segera bergabung dengan NATO dan siap membantu pasokan senjata modern agar mampu melawan Rusia.
"Kita harus bersiap menghadapi kenyataan bahwa perang bisa memakan waktu bertahun-tahun. Kita tidak boleh menyerah dalam mendukung Ukraina. Bahkan jika biayanya tinggi, tidak hanya untuk dukungan militer, juga karena kenaikan harga energi dan pangan," ujar Jean dikutip dari Reuters.
PM Inggris, Boris Johnson dalam salah satu wawancara bersama Sunday Times London menuturkan pentingnya mempersiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan jika perang terjadi dalam waktu yang lama.
Ia juga menyarankan Ukraina untuk mendapatkan pasokan senjata, peralatan, amunisi, dan pelatihan untuk militer mereka.
Prediksi ini turut dikomentari oleh Juru bicara Staf Umum Angkatan Bersenjata Ukraina, Oleksandr Shtupun yang mengatakan, saat ini tentara Rusia sudah aktif menyerang Kharkiv, Severodonetsk dan Sloviansk.
Dampak Perang Ukraina untuk Indonesia
Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira menjelaskan, perang panjang yang terjadi antara Rusia dan Ukraina akan membuat harga pangan hingga energi di Indonesia naik.
Baca Juga: Perang di Ukraina Bisa Berjilid-jilid Lebih Lama, NATO Siap Menyokong Senjata Meski Biayanya Mahal
Hal ini disebabkan pasokan perdagangan Indonesia dengan Rusia dan Ukraina yang terhambat. Ukraina adalah pemasok gandum terbesar bagi Indonesia. Sementara Indonesia adalah negara tujuan ekspor gandum terbesar kedua di dunia setelah Mesir.