Suara.com - Harga emas dunia menguat pada perdagangan hari Rabu, setelah dolar dan imbal hasil US Treasury melemah usai The Federal Reserve (The Fed) menaikkan suku bunga sebesar 0,75 persen.
Langkah bank sentral AS yang mengkerek naik suku bunga yang terbesar sejak 1994 ini untuk membendung lonjakan laju inflasi di negeri paman sam tersebut.
Mengutip CNBC, Kamis (16/6/2022) harga emas di pasar spot melonjak 1,4 persen menjadi USD1.833,42 per ounce, sementara emas berjangka Amerika Serikat ditutup naik 0,3 persen menjadi USD1.819,60 per ounce.
"Emas mendapat dorongan karena dolar dan imbal hasil turun, terutama setelah Chairman Fed Jerome Powell mengatakan kenaikan 75 bps tidak akan umum dan jika inflasi mendatar, bank sentral mungkin tidak perlu agresif dalam menaikkan suku bunga," kata Phillip Streible, Chief Market Strategist Blue Line Futures di Chicago.
Baca Juga: Turun Lagi, Harga Emas Antam Dibanderol Rp 984.000/Gram Hari Ini
Pelemahan dolar mendongkrak daya tarik emas di antara pembeli luar negeri, sementara imbal hasil US Treasury juga turun.
"Emas didorong lebih tinggi di belakang reli aset yang kuat, dipimpin obligasi, setelah Powell menyatakan kegagalan untuk mencapai stabilitas harga bukanlah pilihan," kata Tai Wong, trader logam independen di New York.
Dia mencatat aksi pergerakan emas berkorelasi positif dengan pergerakan di pasar obligasi dan saham akhir-akhir ini.
Kenaikan suku bunga umumnya cenderung mengurangi daya tarik untuk aset yang tidak memberikan imbal hasil tersebut, meski dianggap sebagai lindung nilai inflasi.
Sementara itu logam lainnya mengikuti pergerakan emas. Harga perak di pasar spot melejit 2,9 persen menjadi USD21,69 per ounce, sementara platinum melonjak 2,2 persen menjadi USD940,79. Paladium melambung 2,6 persen menjadi USD1.862,33 per ounce.
Baca Juga: Investor Khawatir The Fed Kerek Suku Bunga, Harga Emas Dunia Melemah