Kebijakan yang dirilis pada Februari 2022 itu juga tidak banyak membantu meski sempat meniupkan angin segar untuk masyarakat. Harga murah, namun ketersediaan langka di pasaran alias kosong, sehingga kebijakan ini sedikit lebih baik dari omong kosong.
Tidak lama setelah kebijakan ini disampaikan, pemerintah akhirnya melepas harga minyak goreng kemasan ke mekanisme pasar.
Lucunya, mendadak stok minyak goreng di pusat belanja dan pasar melimpahmeski harganya belum turun ke harga sebelum kelangkaan minyak goreng.
3. Salahkan Panic Buying
Mendag Lutfi juga memancing kontroversi karena menyalahkan masyarakat yang panic buying saat minyak goreng langka hingga harga komoditas tersebut perlahan merangkak naik.
Menurut dia, panic buying yang dilakukan masyarakat semakin memperparah persoalan rantai pasokan kebutuhan minyak goreng.
4. Salahkan Konflik Rusia dan Ukraina
Dalam kunjungannya di Pasar Senen Maret lalu, Mendag Lutfi menjelaskan, kelangkaan minyak goreng salah satunya disebabkan pasokan biji bunga matahari dari Ukraina lantaran tengah berkonflik dengan Rusia.
"Ini menyebabkan harga CPO minyak sawit naik dari Rp 16.000 menjadi Rp 21.000, dan itu harga bebasnya kemudian kalau diproses tambah lagi Rp 3.000 premiumnya, menyebabkan perbedaannya hampir Rp 9.000, ini yang tidak bisa kita prediksi," kata Mendag kala itu.
Baca Juga: Dipanggil Jokowi, Ini Daftar Tokoh yang Dikabarkan Jadi Menteri Baru hingga Kena Reshuffle
5. Mengaku Kalah dengan Mafia Minyak Goreng