Suara.com - Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi jadi salah satu pejabat yang dipanggil Presiden Joko Widodo seiring menguatnya isu reshuffle menteri pada hari ini, Rabu (15/6/2022).
Mendag Lutfi memang jadi salah satu menteri yang paling disorot karena kebijakannya yang kontroverisal. Berikut 5 kontroversi Sosok yang juga mantan Mendag di era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ini:
1. Impor Beras Satu Juta Ton
Pada 2021 lalu, Mendag Lustfi sempat mewacanakan untuk melakukan impor beras jutaan ton. Padahal, disaat yang sama petani lokal tengah memasuki masa panen sehingga rencana ini jelas menyakiti para petani lantaran menurunkan harga beras lokal dan berimbas pada kesejahteraan mereka.
Baca Juga: Dipanggil Jokowi, Ini Daftar Tokoh yang Dikabarkan Jadi Menteri Baru hingga Kena Reshuffle
Bahkan, protes yang disampaikan warga saat itu hingga memunculkan tagas #MendagBebanJokowi. Mendag Lutfi juga dianggap berseberangan dengan pimpinan Bulog, Budi Waseso alias Buwas lantaran Bulog masih memiliki stok besar.
Mendag kala itu mengaku impor beras diupayakan guna menambah cadangan beras nasional meski penjelasannya tidak meredam kekecewaan kalangan petani.
2. Kebijakan Minyak Goreng
Mendag Lutfi dikritik habis-habisan saat harga minyak goreng naik ke harga yang luar biasa mahal, dan masalah ini tak kunjung usai.
Sejak akhir tahun 2021 silam hingga bulan April lalu, harga minyak goreng bertahan di titik tertinggi. Meski dengan sejumlah kebijakan mulai dari DMO, DPO hingga aturan Harga Eceran Tertinggi (HET). Namun, kebijakan ini tidak banyak membantu.
Baca Juga: Harga Cabai Naik: Pedagang Curhat Susah Menjual, Emak-emak Minta Solusi Pemerintah
HET minyak goreng curah sebesar Rp 11.500 per liter, minyak goreng kemasan sederhana Rp 13.500 per liter, dan minyak goreng kemasan premium Rp 14.000 per liter.
Kebijakan yang dirilis pada Februari 2022 itu juga tidak banyak membantu meski sempat meniupkan angin segar untuk masyarakat. Harga murah, namun ketersediaan langka di pasaran alias kosong, sehingga kebijakan ini sedikit lebih baik dari omong kosong.
Tidak lama setelah kebijakan ini disampaikan, pemerintah akhirnya melepas harga minyak goreng kemasan ke mekanisme pasar.
Lucunya, mendadak stok minyak goreng di pusat belanja dan pasar melimpahmeski harganya belum turun ke harga sebelum kelangkaan minyak goreng.
3. Salahkan Panic Buying
Mendag Lutfi juga memancing kontroversi karena menyalahkan masyarakat yang panic buying saat minyak goreng langka hingga harga komoditas tersebut perlahan merangkak naik.
Menurut dia, panic buying yang dilakukan masyarakat semakin memperparah persoalan rantai pasokan kebutuhan minyak goreng.
4. Salahkan Konflik Rusia dan Ukraina
Dalam kunjungannya di Pasar Senen Maret lalu, Mendag Lutfi menjelaskan, kelangkaan minyak goreng salah satunya disebabkan pasokan biji bunga matahari dari Ukraina lantaran tengah berkonflik dengan Rusia.
"Ini menyebabkan harga CPO minyak sawit naik dari Rp 16.000 menjadi Rp 21.000, dan itu harga bebasnya kemudian kalau diproses tambah lagi Rp 3.000 premiumnya, menyebabkan perbedaannya hampir Rp 9.000, ini yang tidak bisa kita prediksi," kata Mendag kala itu.
5. Mengaku Kalah dengan Mafia Minyak Goreng
Mendag Lutfi mengakui pihaknya kalah dengan mafia minyak goreng yang ia klaim menjadi dalang di balik kelangkaan minyak goreng di tanah air.
Hal ini ia sampaikan saat hadir di i rapat bersama Komisi VI DPR, Kamis (17/3/2022). Menurut dia, mafia itu berperan menyelundupkan minyak goreng ke luar negeri demi keuntungan sepihak hingga menyebabkan stok minyak goreng dalam negeri langka.