Suara.com - Harga minyak menguat pada perdagangan Senin (13/6/2022), dalam sesi perdagangan yang berfluktuasi karena pasokan global yang ketat.
Ketatnya pasokan disebabkan kekhawatiran permintaan akan tertekan oleh melonjaknya kasus Covid-19 di Beijing dan potensi kenaikan suku bunga.
Mengutip CNBC, Selasa (14/6/2022) minyak mentah berjangka Brent, patokan internasional, ditutup naik 26 sen menjadi USD122,27 per barel.
Sementara, patokan Amerika Serikat, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate, bertambag 26 sen menjadi menetap di posisi USD120,93 per barel.
Baca Juga: Inflasi AS Melesat 8,6 Persen, Harga Minyak Dunia Anjlok 1 Persen
Perdagangan bergejolak, dengan harga anjlok sekitar USD3 per barel di awal sesi.
Pasokan minyak terbatas, dengan OPEC dan sekutunya tidak dapat sepenuhnya memenuhi peningkatan output yang dijanjikan karena minimnya kapasitas di banyak produsen, sanksi terhadap Rusia dan gejolak di Libya yang memangkas produksi.
Minyak melonjak tahun ini didorong invasi Rusia ke Ukraina pada Februari menambah kekhawatiran pasokan, dan karena permintaan mulai pulih kembali dari penguncian terkait pandemi Covid-19.
Maret, Brent mencapai USD139, tertinggi sejak 2008. Pekan lalu, kedua benchmark minyak naik lebih dari 1 persen.
"Kita berjuang dengan hilangnya (minyak) Rusia, jadi sekarang tambahkan tanda seru dengan situasi Libya," kata Robert Yawger, Direktur Mizuho.
Baca Juga: Di Tengah Konflik Rusia-Ukraina, AS Butuh Arab Saudi untuk Stabilkan Harga Minyak Dunia
Akhir pekan lalu, harga rata-rata bensin Amerika melebihi USD5 per galon untuk pertama kalinya, data AAA menunjukkan.
Menimbulkan kekhawatiran permintaan, distrik terpadat di Beijing, Chaoyang, mengumumkan tiga putaran pengujian massal untuk menghambat penyebaran wabah Covid-19 yang "ganas".
"Kita tidak tahu apa yang akan terjadi dengan China. Suasananya suram sekarang," kata Phil Flynn, analis Price Futures.
Kekhawatiran tentang kenaikan suku bunga lebih lanjut, diperkuat oleh data inflasi Amerika, Jumat, yang menunjukkan indeks harga konsumen melonjak 8,6 persen bulan lalu, juga menekan harga minyak lebih rendah.
Pasar keuangan lainnya juga jatuh, karena investor khawatir Federal Reserve bakal memperketat kebijakan terlalu agresif dan menyebabkan perlambatan ekonomi. S&P 500 berada di jalur untuk mengkonfirmasi bear market.
Keputusan kebijakan The Fed berikutnya diumumkan Rabu.
Di Eropa, Francesco Giavazzi, penasihat ekonomi Perdana Menteri Italia Mario Draghi, mengatakan kenaikan suku bunga Bank Sentral Eropa bukanlah cara yang tepat untuk menahan lonjakan harga.