Kebutuhan Pasar Tinggi, Guru Besar IPB: Perlu Modernisasi Produksi Ayam Nasional

M Nurhadi Suara.Com
Senin, 13 Juni 2022 | 07:25 WIB
Kebutuhan Pasar Tinggi, Guru Besar IPB: Perlu Modernisasi Produksi Ayam Nasional
Peternak ayam petelur di Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur. [FOTO: Riswan Efendi/TIMES Indonesia]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Indonesia dituntut segera melakukan modernisasi dan industrialisasi mata rantai produksi ayam pedaging dan petelur seiring tingginya permintaan pasar setelah dua tahun Pandemi COVID-19.

"Sektor protein hewani perlu melakukan modernisasi dan industrialisasi agar dapat berproduksi dengan lebih efisien, efektif, dan berdaya saing," kata Guru Besar Ilmu Ekonomi Pembangunan IPB Prof Arief Darjanto, Minggu (13/6/2022).

Menurut dia, kondisi pasca pandemi akan penuh dengan tantangan, tetapi bisa dilihat sebagai peluang untuk perbaikan berkelanjutan dan peningkatan efisiensi sehingga industri perunggasan dapat terus menempatkan aspek kesehatan, harga makanan yang lebih terjangkau dan berkelanjutan.

Upaya yang dapat dilakukan oleh para pelaku usaha dalam industri perunggasan, kata dia, antara lain dengan meningkatkan koordinasi vertikal.

Baca Juga: 4 Kasus Omicron Ditemukan di Bali, Sandiaga Uno Khawatir Pariwisata Kembali Anjlok

Koordinasi vertikal dilakukan untuk mendapatkan nilai tambah di seluruh rantai pasokan untuk meningkatkan stabilitas marjin keuntungan, menerapkan AgTech dan digitalisasi mulai dari kandang sampai meja konsumen di seluruh rantai pasokan.

Selanjutnya, penggunaan big data, Internet of Things, robot, sensor, dan drone merupakan teknologi yang sangat maju untuk mentransformasi industri perunggasan.

Selain itu juga peningkatan keamanan bio dalam rangka mengatasi penyebaran penyakit dan mengurangi tingkat kematian, dan modernisasi dan otomatisasi di seluruh rantai pasokan.

Menurut Arief, modernisasi dan otomatisasi dilakukan dalam meningkatkan efisiensi lahan pertanian dan untuk mengurangi rasio konversi pakan serta mengurangi masa pertumbuhan dan penggemukan.

Sejalan dengan usaha-usaha di atas, pada era normal baru, peningkatan daya saing industri daging ayam dan telur membutuhkan perubahan model rantai pasokan dari yang bersifat tradisional (lama) ke model yang baru.

Baca Juga: Penambahan Kasus Positif di Kaltim Ada 1 Orang, Mahulu dan PPU Masuk Zona Hijau

Dia menyebut, model rantai nilai tradisional dicirikan dengan ada peternakan unggas dengan skala kecil, inefisiensi yang tinggi, volume produksi yang kecil, penjualan masih didominasi dalam bentuk ayam hidup, usaha pembibitan yang menggunakan teknologi yang belum modern dan tidak tersedia infrastruktur yang mendukung sistem pemasaran rantai dingin.

Sementara, Arief menjelaskan model rantai pasokan yang baru atau modern dicirikan dengan ada perusahaan yang terintegrasi baik skala kecil, menengah dan besar, tersedianya pabrik pakan lokal dengan harga yang lebih bersaing, volume produksi lebih besar, pembibitan yang modern dan tersedianya infrastruktur pendukung sistem pemasaran rantai dingin.

Pemasaran yang bersifat rantai dingin mutlak diperlukan karena daging ayam dan telur mudah rusak. Penambahan nilai di sepanjang rantai nilai dalam model pasokan yang baru dapat dilakukan melalui peningkatan kemampuan proses, peningkatan produk, peningkatan fungsi, peningkatan jaringan usaha, dan peningkatan komunikasi antarsektor di dalam lingkup perunggasan.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI